Hari berikutnya, Rabu (13/4/2016) siang, dalam kondisi kesehatan yang menurun, aksi Kartini Kendeng dilanjutkan. Menjelang malam, Teten datang membawa pesan Presiden Jokowi yang akan mengadengakan pertemuan. Pemerintah, menurut Teten, memahami betul permasalahan sedulur-sedulur di Kendeng.
Dimulai dari perempuan
Bersamaan dengan janji agenda pertemuan "Kartini Kendeng" dengan Presiden Jokowi, belenggu semen dilepas dari kaki-kaki sembilan perempuan yang mulai pucat wajahnya. Saat belenggu semen dilepaskan, pelangi yang secara universal dimaknai sebagai tanda harapan membusur sebagai latar belakang.
Harapan itu salah satunya mewujud dalam klarifikasi Dian Sastrowardoyo atas pernyataannya di Jepara, Jawa Tengah. Dian yang datang ke Jepara bersama sutradara Hanung Bramantyo terkait rencana film RA Kartini yang akan diperankannya tidak dalam posisi berseberangan dengan "Kartini Kendeng".
Dian menegaskan prinsipnya menjunjung keseteraan jender dan pemberdayaan perempuan. Prinsip itu dikatakannya selalu diperjuangkan sejak dulu, baik melalui karya seni maupun dalam sikap laku sehari-hari.
Meskipun mengaku kurang paham atas kasus yang diperjuangkan "Kartini Kendeng", prinsip Dian sebagai klarifikasi yang disebar di media sosial dan menjadi viral membuat kasus ini mendapat perhatian yang lebih luas.
Masuknya Dian dalam perjuangan "Kartini Kendeng" di media sosial bisa menggantikan peran para buzzer yang selalu hadir di setiap upaya kampanye sebuah isu karena bayaran.
Oya, di Jepara, Dian juga mengatakan keyakinannya bahwa perubahan itu dimulai dari perempuan.
Seperti keyakinan Dian, begitu juga keyakinan "Kartini Kendeng" akan perubahan. Tanda perubahan itu sedikit kelihatan saat Teten, atas perintah Jokowi, meminta belenggu semen sembilan perempuan petani Kendeng dilepaskan.
Tanda perubahan itu digenggam "Kartini Kendeng" yang menerima bahaya bagi dirinya sendiri untuk mencegah bahaya lebih besar untuk anak dan cucu yang mereka lahirkan. Pertemuan Presiden Jokowi dengan "Kartini Kendeng" akan menentukan sejauh mana tanda perubahan itu menjadi kenyataan.
Bagi pemerintah yang tengah gencar membangun infrastruktur yang rakus akan semen, tidak mudah mengambil keputusan adil atas masalah ini. Jika situasi tidak mudah ini terjadi, mendengarkan suara perempuan tidak ditabukan. Penderitaan kerap "berwajah" perempuan.
Melalui Teten, Presiden Jokowi sudah melakukan. Langkah yang dimaknai sebagai segenggam harapan ini tentu tidak dimaksudkan untuk memupuk kekecewaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.