BOGOR, KOMPAS.com — Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, masa awal dirinya menjabat sebagai Presiden keenam RI bukanlah masa yang mudah, terutama dalam menghadapi kondisi perekonomian Indonesia saat itu.
"Kita, 2004 sebelum mengemban tugas, pertumbuhan ekonomi rendah meski lebih baik dari awal krisis 1998," kata SBY saat membuka kegiatan penataran bagi sekitar 280 kader Demokrat di Hotel Novotel, Bogor, Senin (28/3/2016).
Menurut SBY, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat itu rendah, hanya berada di kisaran angka 4 persen. Kondisi itu diperburuk dengan angka kemiskinan yang mencapai 20 persen dan angka pengangguran yang mencapai 10 persen.
Di lain pihak, ia menambahkan, utang Indonesia terhadap IMF akibat krisis ekonomi 1998 saat itu juga belum lunas.
Di samping itu, harga minyak dunia yang meroket seperti yang terjadi pada masa transisi pemerintahan SBY-Boediono ke Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"(Karena itu), di tahun 2005, kita naikkan BBM. Berapa? 140 persen. Pak Jokowi menaikkan 30 persen, bagus. Maka, tidak perlu ada kata-kata SBY tidak berani karena takut tidak populer," ujar SBY.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.