Di negara-negara Arab, bahkan, pada awal paruh kedua dekade abad ke-21, revolusi digital yang dihadirkan kaum muda ini tertransformasi ke dalam bentuknya yang paling radikal, yaitu perubahan sosial politik.
Musim semi demokrasi menyeruak di Tunisia, Mesir, Aljazair, Bahrain, dan Libya. Namun sayangnya, musim semi itu dengan cepat segera diikuti oleh muramnya pertikaian politik yang penuh darah dan air mata.
Tapi setidaknya, sejarah telah mencatat, gerakan kaum muda berbasis digital itu telah turut menyemai semangat dan gerakan menuju demokrasi secara revolusioner, memutus kemandekan, dan tak pernah terbayangkan akan bisa terjadi di era-era sebelumnya yang analog.
Belum substansial
Di Indonesia, sayangnya, gelombang perubahan yang dihadirkan Kaum Milenial tersebut belum menciptakan sebuah musim semi demokrasi yang substansial.
Kemunculannya tak serta merta mampu memupus anomali-anomali demokrasi, yang kian banal hadir meski era demokratisasi telah berjalan selama 17 tahun.
Lihatlah, di tengah arus informasi yang sangat terbuka ini, korupsi kian telanjang terjadi. Supremasi hukum hanya menemukan kekuatannya di hadapan rakyat kecil, namun tersungkur di hadapan orang-orang kuat.
Institusi politik dan birokrasi dikuasai para politikus dan birokrat pemburu rente. Intoleransi mudah merebak. Pembungkaman terhadap sikap dan ekspresi kritis menggejala.
Pertanyaannya, mengapa revolusi oleh Kaum Milenial di Indonesia tak kunjung menghadirkan perubahan demokratis yang substansial?
Barangkali Slavoj Sizek benar belaka saat mengatakan, revolusi bukanlah sekadar penjelmaan ide yang abadi. Revolusi tak sekadar berbicara tentang keadilan.
Dia meledak tanpa harus terkait dengan kebutuhan-kebutuhan yang normatif semacam itu. Dia hadir oleh karena situasi material membentuknya, dan ada orang-orang yang terjepit yang membutuhkan perubahan dan punya akses untuk melakukannya.
Manusia memang membuat sejarah, kata Karl Marx suatu ketika, tapi di bawah kondisi yang bukan dipilihnya sendiri. Tak ada satu pun model revolusi yang sama dalam sejarah.