Hilangnya cinta itu berdampak pada munculnya orang atau kelompok yang bising menyeru soal kekerasan dan ungkapan kebencian. Kelompok ini terus berteriak, sementara kelompok Islam moderat yang masih mengakui cinta dalam Islam cenderung diam.
Alhasil, kesan yang tampak adalah kelompok yang meneriakkan kebencian berjumlah besar. Padahal, jumlah mereka sebenarnya sedikit.
Seperti sebuah ungkapan, cara tergampang kejahatan dan keburukan menang adalah kalau orang-orang baik diam. Jadi kesan yang mengemuka adalah kini Islam hanya berisi kekerasan dan kebencian.
"Untuk itu kami menjadikan gerakan Islam Cinta ini sebagai sebuah gerakan bersama-sama. Kami ingin cinta dalam Islam bukan sekadar kata-kata. Kami ingin ini menjadi gerakan pemikiran dan gerakan yang menularkan prinsip Islam Cinta. Kalau tidak ada yang menularkan, semangat cinta dalam Islam ini akan kalah. Kita bisa membalik pandangan Islam ini keras dan menebar kebencian, asal dilakukan bersama-sama," kata Haidar.
Di Indonesia, masih ada harapan untuk meneguhkan cinta dan toleransi dalam Islam. Hasil survei yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama pada 2015 terhadap kerukunan antarumat beragama menunjukkan angka yang signifikan, yaitu 75,36 persen.
Angka tersebut cukup tinggi mengingat segala keberagaman dan kemajemukan Indonesia.
Itu sebabnya, ayo berserulah bahwa Islam itu cinta. Untuk menjaga itu, semua, jangan diam saja.... (DAHLIA IRAWATI)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.