Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pepih Nugraha
Wartawan dan Blogger

Wartawan biasa yang hidup di dua alam media; media lama dan media baru

Psikologi Mantan

Kompas.com - 25/02/2016, 15:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Kata “mantan” konon berasal dari bahasa Basemah di Sumatera Selatan yang bermakna eks atau bekas itu tadi. Kata “mantan” menurut cuitan Wikipediawan Ivan Lanin di Twitter, diusulkan oleh Ahmad Bastari Suan di majalah Pembinaan Bahasa Indonesia beberapa tahun silam.

Dalam perjalanannya, kedudukan dan hierarki kata ini menjadi jauh “lebih tinggi” dibanding kata yang sudah ada, yaitu “eks” atau “bekas”.

Rasanya tidak pantas menyebut Perdana Menteri yang telah purnatugas sebagai “bekas Perdana Menteri” atau malah “eks Perdana Menteri”. Penyebutan yang lumrah dan terkesan sopan ya “mantan Perdana Menteri”, bukan?

Mana ada dalam berita wartawan atau penyiar menyebutkan, “Bekas Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan....” dan seterusnya. Selalu dikatakan Mantan Perdana Menteri Malaysia.

Sebaliknya, alangkah terlalu sopannya kalau menyebut “mantan anggota G30S PKI” atau “mantan residivis”. Kata yang tepat untuk keduanya adalah “eks” atau “bekas”. Bahasa ternyata pilih kasih.

Tetapi, sebentar.... Ini bukan pembahasan soal bahasa, ini perihal mantan, tepatnya psikologi mantan.

Di Indonesia, kosakata mantan lebih banyak dipakai dalam urusan politik, bukan urusan lainnya. Contohnya mantan Perdana Menteri itu tadi.

Maka ada jajaran para mantan selain mantan Perdana Menteri, yakni mantan Presiden, mantan Wapres, mantan gubernur, mantan walikota, mantan bupati, mantan menteri, mantan KSAD, mantan ketua umum partai politik, dan bahkan mantan pemimpin redaksi sebuah koran.

Dari sisi si mantan, para mantan itu hanya diklasifikasikan menjadi dua saja; mereka yang menerima penuh kemantanannya alias istiqomah dan yang setengah menolak kemantanannya.

Mengapa tidak dikatakan menolak penuh kemantanannya yang merupakan lawan dari menerima penuh kemantanannya? Kenapa cuma dikatakan “setengah menolak”?

Boleh jadi, dalam skala tertentu saat mantan menolak penuh kemantanannya, ia sering sadar juga siapa diri yang sebenarnya, bahwa ada seseorang yang telah menggantikannya. Ini mantan yang istiqomah namanya.

Tetapi yang dikatakan setengah menolak kemantanannya itu bermakna, ia menolak menjadi mantan sepenuhnya.

Lho kok bisa? Ya bisalah, sebab ia merasa belum ada seseorang yang menggantikannya, atau setidak-tidaknya, belum ada yang pantas menggantikannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saksi Sebut Satu Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong Terlempar 3 Meter

Saksi Sebut Satu Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong Terlempar 3 Meter

Nasional
Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

Nasional
Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

Nasional
Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

Nasional
Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

Nasional
Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

Nasional
UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

Nasional
Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

Nasional
MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

Nasional
Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

Nasional
Anies dan Ganjar Diminta Tiru Prabowo, Hadiri Pelantikan Presiden meski Kalah di Pilpres

Anies dan Ganjar Diminta Tiru Prabowo, Hadiri Pelantikan Presiden meski Kalah di Pilpres

Nasional
Digelar Hari Ini, Puan Jelaskan Urgensi Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Digelar Hari Ini, Puan Jelaskan Urgensi Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Nasional
ICW Catat 731 Kasus Korupsi pada 2023, Jumlahnya Meningkat Siginifikan

ICW Catat 731 Kasus Korupsi pada 2023, Jumlahnya Meningkat Siginifikan

Nasional
Anies Serius Pertimbangkan Maju Lagi di Pilkada DKI Jakarta 2024

Anies Serius Pertimbangkan Maju Lagi di Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Ditanya soal Bursa Menteri Kabinet Prabowo, Maruarar Sirait Ngaku Dipanggil Prabowo Hari Ini

Ditanya soal Bursa Menteri Kabinet Prabowo, Maruarar Sirait Ngaku Dipanggil Prabowo Hari Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com