Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Revisi UU KPK, F-PPP Tunggu Arahan Jokowi

Kompas.com - 12/02/2016, 12:59 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Fraksi PPP di DPR belum secara tegas mendukung revisi UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.

Meskipun, di dalam rapat Badan Legislasi pada Rabu (10/2/2016), F-PPP menyatakan mendukung untuk melanjutkan pembahasan revisi UU tersebut.

Ketua Fraksi PPP Dimyati Natakusumah mengatakan, PPP hingga kini masih menunggu sikap Presiden Joko Widodo terkait rencana revisi itu. Jokowi belum memberikan sikap tegas mengenai revisi itu.

"PPP ini masuk dalam koalisi parpol pendukung pemerintah. Kita tunggu political will dan good will Presiden," kata Dimyati saat dihubungi, Jumat (12/2/2016).

Rencananya, lanjut Dimyati, Ketua Umum PPP hasil Muktamar Jakarta, Djan Faridz akan bertemu Jokowi di Istana Negara, siang ini. Dalam pertemuan itu, Djan akan menanyakan ketegasan sikap Jokowi.

Ia menambahkan, jika nantinya Presiden menyatakan menolak revisi UU KPK, maka tak menutup kemungkinan sikap Fraksi PPP akan berubah. (Baca: Politisi PDI-P: Naskah Akademik Revisi UU KPK Tak Boleh Beredar di Publik)

"Ooo nolak, ikut. Kalau Presiden nanti menyampaikan kepada ketum menolak, akan ikut sama presiden," kata dia.

Dimyati menuturkan, rencana revisi UU KPK bukan kali ini saja mencuat. Pada periode kedua pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono, rencana revisi ini juga sudah pernah ditolak.

Saat itu, usulan revisi UU KPK berasal dari Komisi III DPR. (baca: Pemerintah Persilakan Partai Tolak Revisi UU KPK, tetapi...)

"Dulu saya itu kan ketua panja harmonisasi RUU KPK, yang mencabut dan menolak dilanjutkan," kata dia.

Hasil rapat Badan Legislasi saat itu menyatakan, bahwa revisi UU KPK belum tepat dilaksanakan. Sebab, secara filosofis dan yuridis, masih banyak kasus korupsi yang terjadi.

"Dan secara psikologis, rakyat susah. Melihat kesulitan yang ada, baik itu dalam hal fasilitas kesehatan maupun sosial yang sangat minim, jelas belum tepat untuk direvisi," ujarnya.

Presiden Joko Widodo masih mungkin menarik dukungan terhadap revisi UU KPK. Langkah itu akan diambil jika revisi UU tersebut mengandung unsur pelemahan KPK. (baca: Jokowi Bisa Tarik Dukungan Revisi UU KPK)

Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi SP mengatakan bahwa sampai Presiden Jokowi belum menerima draf revisi UU KPK yang tengah dikaji oleh DPR RI.

Karena itu, kata Johan, dukungan dari Presiden terhadap revisi UU tersebut sifatnya belum final. "Jika nanti isinya itu memperlemah (KPK), Presiden bisa menarik (dukungan)," ucap Johan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (11/2/2016).

Dalam rapat harmonisasi Panitia Kerja Revisi UU KPK di Badan Legislasi DPR, Rabu (10/2/2016) sore, hanya Fraksi Gerindra yang secara tegas menolak UU KPK direvisi. (Baca: Gerindra Berjuang Sendirian Tolak Revisi UU KPK)

Belakangan, F-Demokrat berubah sikap setelah mendapatkan instruksi dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. (Baca: SBY Tiba-tiba Instruksikan F-Demokrat Tolak Revisi UU KPK)

Sikap kedua fraksi itu membuat beberapa fraksi lainnya berpikir ulang sehingga pengesahan draf revisi UU KPK menjadi RUU inisiatif DPR yang direncanakan dilakukan dalam Rapat Paripurna DPR pada Kamis (11/2/2016) ditunda hingga Kamis (18/2/2016).

Keputusan itu diambil untuk memberikan waktu berpikir kembali bagi fraksi-fraksi terkait urgensi revisi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com