Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat "Netizen" Ingin Jokowi "Usil" Sesekali

Kompas.com - 28/01/2016, 15:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS - "Seru!" Begitu ciutan Iwan Setyawan, pengguna akun @iwanS10A, seusai bertemu dan dijamu makan siang Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/1). Iwan merupakan salah satu dari 30 penggiat sosial media yang siang itu diundang menikmati hidangan yang sudah disiapkan petugas dari Bagian Jamuan Sekretariat Presiden, kompleks Istana Kepresidenan.

Dengan masih terkekeh saat keluar dari pelataran Istana Negara, Iwan yang juga penulis buku 9 Summers 10 Autumns terus berkomentar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Presiden Jokowi ternyata memang kocak," tuturnya dengan wajah tawan.

Iwan yang aktif menggunakan media sosial mengaku terus memantau pernyataan Presiden di dunia maya. Setelah bertemu dengan Presiden Jokowi langsung, Iwan mengatakan tidak menemukan kesan yang sama saat berkomunikasi dengan Presiden lewat Twitter, Facebook, ataupun laman resmi www.presidenri.go.id.

Komunikasi yang dibangun Presiden di sosial media dinilai cenderung formal. Banyak berisi tentang pernyataan resmi sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara, juga kegiatan formal Presiden.

Informasi informal, kata Iwan, bukanya tak penting. Warga juga butuh informasi resmi kegiatan Presiden. Namun, pria asal Batu, Jawa Timur, itu, juga menginginkan Presiden seperti yang dia lihat dan temui siang kemarin.

Pertanyaannya, mengapa Presiden menjadi begitu formal dan resmi jika di sosial media. Padahal warga menginginkan Presiden sesekali "usil" terhadap apa pun yang dipikirkan atau dikerjakannya dan dituangkan dalam sosial media. Tentu, sisi kemanusiaan seperti itu sangat dirindukannya. "Rasanya akan semakin dekat, seperti siang ini," kata Iwan.

Kesan serupa dirasakan Alexander Thian, pemilik akun Twitter @aMrazing. Pengguna internet, menurut Alexander, sangat menginginkan komunikasi yang akrab antara Presiden dan rakyatnya di dunia maya. Bahkan, dijamin, siapa pun akan tetap menaruh hormat kepada Jokowi sebagai Presiden ketika keakraban itu terjalin dalam sosial media.

Dalam pertemuan itu, Alexander terkesan dengan obrolan bersama Presiden. Dia hadir untuk pertama kalinya bersama penggiat sosial media lainnya saat diundang makan siang bersama Presiden. Saat itu, penggiat sosial media menanyakan banyak hal. Termasuk juga menanyakan apakah Presiden mengikuti komentar-komentar jahat dan tajam terhadap dirinya.

"Kalau komentar yang jahat-jahat, Bapak baca enggak?" tanyanya. Presiden menjawab, "Oh, iya." "Terus?" tanya netizen tersebut. Presiden melanjutkan, "Lah, ya, biarin saja. Kan, saya juga butuh hiburan." Itulah penuturan Presiden seperti yang diturunkan Alexander di dalam cuitan akun Twitter-nya kemarin.

Kehadiran mereka di Istana karena permintaan Presiden. Mereka salah satu dari elemen masyarakat yang ingin didengar pandangannya tentang pemerintah saat ini. Tak heran jika di acara yang santai itu, Presiden lebih banyak mendengarkan lontaran, pernyataan, ataupun cerita para penggiat media sosial.

Bukan yang pertama

Dalam catatan Kompas, Presiden Jokowi bukan yang pertama kali mengajak makan siang para penggiat sosial media di Istana Negara. Pada medio Desember lalu, Presiden juga mengajak makan siang para penulis di Kompasiana. Presiden, waktu itu, justru balik mengundang para penulis di Kompasiana makan siang di Istana Negara saat mereka mengundang Presiden menghadiri pembukaan Kompasianival 2015. Sebelumnya, pada Mei 2015, Presiden Jokowi juga mengundang penggiat sosial media lainnya makan siang bersama di Istana Negara.

Sebelum berdialog, pertemuan diawali dengan makan siang yang diikuti penggiat sosial media dari beragam latar belakang. Mereka dipilih secara acak tanpa memandang latar belakangnya. Bahkan, sebagian tak saling kenal dan baru bertemu di Istana.

Sebagian besar dari mereka menyangkal bahwa mereka relawan Jokowi saat Pemilu 2014. Alexander mengaku sebagai pendukung pemerintahan yang baik. "Saya bukan relawan," kata Alexander, yang juga diamini oleh rekan-rekannya.

Siang itu, penggiat sosial media juga baru tahu bahwa kerja Presiden nyaris tak kenal waktu, dari pagi hingga menjelang tengah malam. Begitu banyak jadwal formal dan informal yang harus dijalani sepanjang hari.

Gambaran betapa Presiden yang "gila kerja" juga belum tersampaikan di media sosial. Ibaratnya, keringat Presiden tak terlihat menetes walau jadwal kegiatannya padat setiap hari. Meskipun hampir semua kegiatan itu dirilis di sejumlah laman resmi pemerintah, semua informasi di sana belum menggambarkan jerih payah Presiden memikirkan negara.

"Ini pekerjaan rumah yang harus dilakukan tim di sekitar Presiden," kata Syafiq Pontoh, penggiat media sosial yang hadir.

Menurut peneliti Charta Politika Yunarto Wijaya, acara itu merupakan sikap Presiden sebagai langkah seorang pemimpin yang ingin mendengarkan persoalan dari bawah. Presiden tak puas dengan mendengarkan laporan para menteri dan orang-orang dekatnya. Hal itu dibuktikan dengan pertemuan-pertemuan serupa dengan pedagang kaki lima, tukang ojek, pedagang pasar, pengusaha, budayawan, akademisi, ekonom, dan elite politik.

Untuk menata PKL di Solo, misalnya, Jokowi harus menggelar pertemuan 54 kali. Begitu juga ketika memimpin Provinsi DKI Jakarta, saat Jokowi menggelar pertemuan puluhan kali saat ingin menata pedagang Pasar Blok G Tanah Abang, Waduk Pluit, ataupun pembebasan lahan untuk proyek pemerintah lain.

"Bentuk komunikasi dengan netizen hanya konsekuensi adaptasi dengan pendekatan teknologi untuk mendengarkan aspirasi masyarakat. Sebab, sosial media adalah sebuah instrumen wajib yang digunakan hampir semua lapisan masyarakat saat ini," kata Yunarto. (NDY)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Januari 2016, di halaman 4 dengan judul "Saat 'Netizen' Ingin Jokowi 'Usil' Sesekali".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com