Setidaknya ada 16 komisaris BUMN yang masuk dalam barisan pendukung Jokowi, beberapa di antaranya, Diaz Hendropriyono (penggagas Kawan Jokowi) menjadi Komisaris PT Telkomsel dan Fadjroel Rachman (relawan) menjadi Komisaris PT Adhi Karya.
Selain itu, ada pula Refly Harun (mantan staf khusus Mensesneg) sebagai Komisaris PT Jasa Marga, Roy Maningkas (PDI-P) menjadi Komisaris PT Krakatau Steel, dan Jeffry Wurangian (Partai Nasdem) sebagai Komisaris BRI. (Baca: Politisi-Relawan Jadi Komisaris BUMN, Silakan Diadu dengan Profesional...)
Tak hanya itu, pemilihan Wantimpres juga menjadi representasi pengakomodasian seluruh elemen pendukung utama Jokowi. (Baca: Jadi Anggota Wantimpres, Suharso Sebut Semua Parpol Punya "Hidden Agenda")
Mereka yang ditunjuk yakni Sidarta Danusubrata (PDI-P), Suharso Monoarfa (PPP), Jan Darmadi (Nasdem), Rusdi Kirana (PKB), Yusuf Kartanegara (PKPI), Subagyo Hadi Siswoyo (Hanura), Abdul Malik Fadjar (Muhammadiyah), Sri Adiningsih (ekonom), dan Hasyim Muzadi (NU).
Kontroversi masih berlanjut saat Presiden Jokowi menyerahkan 33 nama calon duta besar ke DPR pada pertengahan tahun lalu.
Ada delapan nama yang setidaknya menjadi pro dan kontra karena lagi-lagi merupakan politisi dari parpol pendukung. (Baca: 5 Kontroversi Penunjukan Pejabat oleh Jokowi Sepanjang 2015)
Mereka adalah Safira Machrusah (NU, PKB) yang menjadi Duta Besar Aljazair, Helmy Fauzi (PDI-P) menjadi Duta Besar Mesir, Marsekal Madya (Purn) Budhy Santoso (Hanura), Diennaryati Tjokrisuprihatono (Nasdem) sebagai Duta Besar Ekuador, dan Alexander Litaay (PDI-P) sebagai Duta Besar Kroasia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.