Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagai Pimpinan DPR, Fahri Hamzah Diminta Bertindak Elegan

Kompas.com - 16/01/2016, 16:33 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Populi Center, Nico Harjanto menilai, sikap Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang sempat adu mulut dengan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dapat semakin memperburuk citra DPR di mata publik.

Sikap tersebut, kata Nico, seolah menunjukkan bahwa DPR alergi terhadap penegakkan hukum.

"Saya kira perlu dilihat lagi dalam konteks kelembagaan apakah memang ada hal-hal yang dirasa tidak sesuai dengan kesepakatan antara DPR, KPK dan Kepolisian," ujar Nico usai acara diskusi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/1/2016).

"Atau memang ada unsur pelanggaran etika (dilakukan Fahri) karena menghalangi upaya penegakkan hukum," sambungnya.

Menurut Nico, Fahri seharusnya menunjukkan sikap yang pantas karena dirinya merupakan salah satu pimpinan DPR. (baca: Begini Panasnya Adu Mulut Fahri Hamzah dengan Penyidik KPK...)

Fahri, menurut Nico, dapat menunjukkan sikap yang lebih santun dan tak perlu membentak penyidik KPK. Misalnya, dengan melayangkan surat protes resmi kepada KPK atau aparat penegak hukum lainnya.

"Saya kira itu jauh lebih elok dan elegan," katanya.

Diwawancarai terpisah, Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti mengaku memahami dasar Fahri menegur penyidik KPK yang menyambangi gedung DPR didampingi pasukan Brimob dengan senjata lengkap.

Menurut Ray, wajar jika Fahri mempertanyakan hal tersebut, terutama karena penggeledahan tak berkaitan dengan kejahatan yang berdampak pada kekerasan. Sehingga penyertaan Brimob tersebut dirasa tidak begitu perlu.

Namun, senada dengan Nico, menurut Ray, seharusnya Fahri menghormati jabatan yang diembannya dan menggunakan cara lain untuk melayangkan protes pada KPK. (baca: Cerita Penyidik KPK yang Tak Gentar Hadapi Fahri Hamzah Saat Penggeledahan)

"Cukup perintahkan sekretariat DPR. Sekretariat lah yang memberikan surat pernyataan keberatan," terang Ray.

"Sebagai pimpinan, langkah-langkah dia harus terukur. Tentu saja orang nanti jadi makin tidak memandang dia sebagai pimpinan DPR," kata Ray.

Sebelumnya, terjadi adu mulut antara Fahri Hamzah dengan penyidik KPK, Christian. Fahri tak terima penyidik turut membawa empat anggota Brimob dengan bersenjata laras panjang saat menggeledah ruang kerja tiga anggota DPR, di Gedung Nusantara II Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/1/2016).

Penggeledahan dilakukan terkait penangkapan anggota Komisi V Fraksi PDI-P, Damayanti Wisnu Putranti, yang ditangkap KPK karena diduga menerima suap dalam sebuah proyek di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). 

Setelah menggeledah ruangan Damayanti di lantai 6, sembilan penyidik KPK turut menggeledah ruangan anggota Komisi V Fraksi Partai Golkar Budi Supriyanto di lantai 13. 

Setelah itu, penyidik turun ke lantai 3 untuk menggeledah ruangan Wakil Ketua Komisi V Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Yudi Widiana.

Di sanalah adu mulut antara Fahri dan Christian terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com