Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dongkrak Citra Partai Jadi Pekerjaan Rumah Golkar di 2016

Kompas.com - 01/01/2016, 13:46 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bendahara Umum Partai Golkar hasil Munas Bali Bambang Soesatyo mengatakan, tahun 2015 merupakan tahun terkelam dalam sejarah partai berlambang pohon beringin tersebut.

Ia menambahkan, tantangan yang menunggu Golkar di 2016 pun tak kalah beratnya dari 2015 Salah satunya tantangan untuk mendongrak kembali citra partai yang sempat tergerus akibat skandal papa minta saham yang menyeret nama kader Partai Golkar Setya Novanto.

"Masalah hukum terkait skandal papa minta saham suka atau tidak suka berpotensi menggerus suara partai dan  menggerogoti citra partai yang memang tengah terpuruk akibat konflik internal," ujar Bambang melalui keterangan tertulisnya, Jumat (1/1/2015).

Kasus tersebut sedikit banyak juga berimbas pada perolehan suara Partai Golkar di Pilkada Serentak 2015.

Bambang menambahkan, kekalahan Partai Golkar di Pilkada Serentak tersebut begitu telak di berbagai daerah sehingga berpotensi menjalar ke pilkada-pilkada serentak berikutnya yang mengancam perol3han kursi DPR pada pemilu 2019, baik secara langsung maupun tidak langsung.

"Sebab, berbagai survei menunjukan jika pemilu diadakan hari ini, Partai Golkar akan menempati rangking ke-5 dilangkahi Gerindra yang naik menjadi nomor 2. Sementara PDI-P tetap bertengger di nomor satu," kata Bambang.

Ia juga menyinggung penunjukan Setya Novanto sebagai ketua fraksi. Penunjukan Novanto, menurut dia, perlu diantisipasi oleh partai mengingat mantan Ketua DPR tersebut sempat menjadi musuh masyarakat selama proses persidangan di MKD.

Hal yang paling utama harus diantisipasi oleh partai Golkar, kata Bambang, adalah terkait dugaan pemufakatan jahat dalam kasus papa minta saham yang saat ini tengah ditangani oleh Kejaksaan Agung.

"Pimpinan fraksi adalah simbol partai di parlemen. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, tentu wajah partailah langsung ikut tercoreng," imbuh Bambang.

Karena itu, menurut dia, partai Golkar harus segera melakukan langkah-langkah antisipatif dan responsif terhadap dinamika publik. Agar Golkar sebagai partai, tetap mendapat simpati dan tak lagi menjadi musuh publik (public enemy).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com