Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merasa Dihina dengan Sebutan "Provinsi Dajal", Masyarakat Minang Laporkan Riza Chalid

Kompas.com - 10/12/2015, 17:33 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Himpunan Masyarakat Minang Jakarta Raya mendatangi Gedung Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, Jakarta, Kamis (10/12/2015).

Masyarakat asal Sumatera Barat tersebut ingin melaporkan pengusaha minyak M Riza Chalid terkait ucapannya yang dinilai menghina masyarakat Padang, Sumatera Barat.

Penghinaan yang dimaksud adalah ucapan Riza dalam rekaman pembicaraannya dengan Ketua DPR Setya Novanto dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin, yang saat ini tengah menjadi perbincangan publik.

Dalam salah satu potongan percakapan, Riza sempat menyebut daerah Padang dengan istilah "dajal".

"Sebagaimana dipahami, istilah dajal memiliki pengertian orang yang paling berdusta, paling pembohong, sampai-sampai dajal itu menyebut dirinya Tuhan," ujar Koordinator Himpunan Masyarakat Minang Raya Jakarta, Sarman El Hakim, di Gedung Bareskrim Polri.

Sarman mengatakan, sebagai masyarakat Minang, pihaknya menilai bahwa kata-kata Riza tersebut sangat menyakitkan dan merendahkan. Padahal, masyarakat Minang memiliki sisi religius yang cukup kental dan budaya yang dipengaruhi agama Islam.

Himpunan ini berencana mengadukan Riza atas tuduhan melakukan perbuatan penghinaan dan penistaan terhadap masyarakat Minang, sebagaimana diatur dalam Pasal 310 ayat 1 juncto Pasal 156 KUHP juncto Pasal 28 ayat 2 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

"Kami minta Saudara M Riza Chalid untuk segera meminta maaf kepada seluruh masyarakat Minang atas ucapan Saudara yang sangat menghina tersebut," ujar Sarman.

Adapun petikan percakapan Riza yang dinilai menghina masyarakat Minang adalah sebagai berikut:

MS (Maroef Sjamsoeddin): Pak, masalah lahan di Papua itu juga masalah besar. Masalah hak ulayat itu susah. Pak Riza mau bangun di sana, berhubungan sama yang punya, Pak Iza sudah bayar. Nanti pamannya datang, kamu bayar ke dia, saya mana. Datang lagi keponakannya. Itu yang bikin perang suku, Pak.

MR (Muhammad Riza): Itu mirip di Padang. Sama kalau di Padang.

MS: Kepastian hukumnya tidak ada. Ada kebon sawit besar bagus cantik udah jadi, Pak, tiba-tiba ditutup sama gubernur, katanya merusak alam. Kasihan, Pak, buat investor. Itu orang enggak jadi, malas menginvestasi. 

MR: Provinsinya dajal.

MS: Betul, Pak, zamannya dajal.

MR: Sama, Pak. Gila itu. Itu waktu Riza mengondisikan ngurusi gula, sudahlah begini-begini, dia sudah kuasai lahan, Pak, pada waktu itu. Beda kongsi. Gue ketawa aja. Makan dulu. Kalau udah jalan 5 tahun, baru saya ambil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggota Komisi I DPR Dukung Kemenkominfo Ancam Blokir X/Twitter karena Izinkan Konten Porno

Anggota Komisi I DPR Dukung Kemenkominfo Ancam Blokir X/Twitter karena Izinkan Konten Porno

Nasional
Sindir Wacana Bansos untuk Penjudi Online, Kriminolog: Sekalian Saja Kasih Koruptor yang Dimiskinkan...

Sindir Wacana Bansos untuk Penjudi Online, Kriminolog: Sekalian Saja Kasih Koruptor yang Dimiskinkan...

Nasional
Pemerintah Semestinya Bikin Orang Lepas dari Judi Online, Bukan Memberikan Bansos

Pemerintah Semestinya Bikin Orang Lepas dari Judi Online, Bukan Memberikan Bansos

Nasional
Soal Duet Anies dan Kaesang, PKS: Status Anak Jokowi Belum Tentu Jadi Nilai Tambah

Soal Duet Anies dan Kaesang, PKS: Status Anak Jokowi Belum Tentu Jadi Nilai Tambah

Nasional
Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Kepala BNPT Apresiasi Densus 88 yang Proaktif Tangkap Residivis Teroris di Cikampek

Nasional
Pertamina Luncurkan 'Gerbang Biru Ciliwung' untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Pertamina Luncurkan "Gerbang Biru Ciliwung" untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Nasional
Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Nasional
Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Nasional
Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Nasional
Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan 'Bargain'

Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan "Bargain"

Nasional
Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Nasional
KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

Nasional
Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Nasional
Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Nasional
Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com