"Karena selama ini pemilu yang kami selenggarakan selalu dilihat sebagai proses yang tidak adil dan tidak jujur. Selalu ada kecurigaan kepada KPU," ujar Komisioner KPU Sigit Pamungkas dalam penutupan Election Visit Program di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (9/12/2015) malam.
Menurut Sigit, kecurigaan terhadap KPU tidak hanya datang dari masyarakat melainkan juga dari para peserta pemilu. (Baca juga: KPU Targetkan Partisipasi Masyarakat Mencapai 77,5 Persen )
Ada suatu masa ketika tingkat kepercayaan masyarakat terhadap KPU sangat rendah. Ketika itu, menurut Sigit, kepercayaan masyarakat terhadap kinerja KPU di bawah 60 persen.
"Kami langsung berdiskusi apa yang harus ditingkatkan lagi agar kepercayaan publik bisa kuat," ujar Sigit.
Akhirnya, kata Sigit, KPU mencoba melakukan dua hal. Langkah pertama, KPU berupaya membangun sistem yang transparan. Misalnya ketika penyelenggaraan pemilu presiden tahun lalu.
Saat itu, masyarakat bisa langsung menyaksikan proses penghitungan suara di TPS yang terdekat dari tempat tinggal mereka.
Hasil tersebut kemudian bisa mereka cocokan melalui laman http://pilkada2015.kpu.go.id. Menurut Sigit, website itu sudah digunakan ketika pilpres dan cukup banyak diakses masyarakat yang mencari informasi.
Langkah kedua, KPU melibatkan seluruh elemen dalam membuat aturan. KPU memiliki 10 aturan pemilu yang pembuatannya dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sipil dan partai politik.
"Hasilnya bahwa aturan yang kami buat bukan hanya ide kami tetapi juga ide kolektif seluruh komponen, baik KPU, masyarakat, dan partai sebagai peserta pemilu," ujar dia.
Sigit juga mengatakan bahwa upaya itu terbukti membangun kepercayaan publik khususnya, saat penyelenggaraan Pilpres tahun lalu. (Baca juga: KPU Dinilai Pasang Target Partisipasi Pemilih Terlalu Tinggi )
"Dari proses itu, pemilu 2014 tingkat kepercayaan terhadap kami meningkat hingga 80 persen. Itu satu angka yang tinggi apalagi kita pernah jauh dibawah itu aitu 60 persen. Kami masih mencoba banyak hal sehingga kepercayaan publik bisa kami tingkatkan lagi," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.