Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jawaban Megawati untuk Pertanyaan Jokowi soal Kinerja Lambat Pemerintah

Kompas.com - 21/07/2015, 19:51 WIB
Icha Rastika

Penulis


DEPOK, KOMPAS.com
 — Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menceritakan diskusi yang pernah dilakukannya dengan Presiden Joko Widodo. Kepada Megawati, Jokowi menanyakan faktor yang menyebabkan kinerja pemerintah melambat sehingga menghambat kegiatan perekonomian.

"Saya ditanya sama Pak Presiden, apa yang membuat terjadinya pelambatan kinerja sehingga menghambat perekonomian," kata Megawati saat membuka sekolah partai calon kepala daerah di Depok, Jawa Barat, Selasa (21/7/2015).

Megawati menjawab, ada dua hal yang berpotensi memperlambat kinerja pemerintah. Pertama adalah lambannya kerja aparatur birokrasi karena kekhawatiran dalam memutuskan kebijakan. Menurut Megawati, para birokrat cenderung takut menjadi target Komisi Pemberantasan Korupsi sehingga sulit mengambil suatu kebijakan.

"Karena takut salah, jadi enggak mau kerja. Takutnya kalau kayak begini, dijadikan target KPK, terus diam. Kalau begitu, berarti dia enggak tahu mana yang benar dan mana yang tidak," kata Megawati.

Faktor kedua adalah niat buruk birokrat untuk mengorupsi uang negara. Megawati mengingatkan calon kepala daerah yang direkomendasikan PDI-P agar mereka menyingkirkan jauh-jauh niat korupsi. Menurut dia, korupsi yang paling rawan dilakukan kepala daerah berkaitan dengan pengelolaan dana bantuan sosial (bansos).

"Bansos disimpan-simpan sampai nanti waktunya. Jangan loh ya simpan-simpan bansos dan mau dipakai. Senang deh saya, kena (KPK nanti). Enggak percaya? Coba dilakoni saja," ucap Megawati.

Menurut Megawati, lebih kurang 128 kepala daerah terjerat kasus korupsi di KPK. Ia merasa heran mengapa masih ada kepala daerah yang berani mengorupsi uang negara.

Mantan Presiden RI itu mengatakan, sejak pemberlakuan otonomi daerah, para kepala daerah seolah menjadi raja-raja kecil. Mereka rawan terlibat korupsi yang berkaitan dengan perizinan.

"Makanya posisi itu jadi rebutan. Kalau di daerah tambang dan perkebunan, yang mereka pikirkan nanti dapat izin bisa saya teken, maka orang itu akan berikan upeti kepada saya. Itu pikiran yang saya rekam setelah muncul Undang-Undang Otonomi Daerah. Rakyat tetap sengsara dan enggak sejalan dengan ideologi," kata Mega.

Kepada calon kepala daerah, Megawati meminta mereka mundur dari PDI-P jika sejak awal berniat memenangkan pilkada untuk korupsi. Atas dasar itu, PDI-P menggelar sekolah calon kepala daerah. Sekolah calon kepala daerah ini antara lain bertujuan memberikan pendidikan agar peserta menjauhi pelanggaran hukum. Sekolah ini juga membekali para calon kepala daerah dengan strategi memenangi pilkada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com