Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendagri Instruksikan Bawahannya untuk Antisipasi Penghinaan Presiden

Kompas.com - 29/06/2015, 12:38 WIB
Abba Gabrillin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo kembali menyebut adanya pihak-pihak yang menghina Presiden Joko Widodo. Ia pun meminta seluruh jajaran kementerian yang ia pimpin agar mewaspadai dan mencegah berkembangnya isu-isu yang dianggap menghina Presiden sebagai lambang negara.

"Kemendagri harus siap dan berani mengambil sikap dalam menentukan siapa kawan, siapa lawan. Gubernur, bupati dan wali kota adalah perangkat tangan kanan Presiden, sementara menteri sebagai tangan kiri Presiden," ujar Tjahjo di sela-sela pidato sambutan, dalam penandatanganan nota kesepahaman dengan Komnas HAM di Gedung C Kemendagri, Jakarta, Senin (29/6/2015).

Tjahjo mengatakan, Kemendagri merupakan kementerian yang berfungsi sebagai poros pemerintahan. Kemendagri mempunyai jajaran yang terorganisir secara tegak lurus, sehingga proses koordinasi dapat dilakukan dari tingkat pusat, sampai ke tingkat RT/RW.

Salah satu perangkat daerah yang dimiliki Kemendagri adalah Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesabangpol), yang berada di bawah Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik. Menurut Tjahjo, Kesbangpol harus ikut melakukan deteksi dini, memberikan masukan pada kepala daerah, khususnya mengenai dinamika ekonomi, sosial, budaya, keamanan dan pertahanan, termasuk opini-opini yang dianggap melecehkan Presiden.

"Saya sebagai Mendagri, tadi pagi saya sampaikan pada Presiden, siapa yang menghina Presiden, menghina lambang negara, Kemendagri akan siap. Saya minta Panglima TNI, dan Kapolri jangan takut akan opini itu. Jajaran Kesbangpol juga harus terbuka 24 jam pada media untuk mengawasi hal ini," kata Tjahjo.

Tjahjo mengungkapkan sinyalemen ketidakkompakan di internal Kabinet Kerja, khususnya di antara para menteri. Menurut dia, ada pihak-pihak yang menyampaikan kritik disertai penghinaan terhadap Presiden.

"Pimpinan parpol, DPR, 24 jam bisa memberikan masukan, saran terbuka langsung ke Presiden. Kalau mau ke media silahkan, tapi jangan kasar pada Presiden. Pembantu Presiden tidak boleh menghina," kata Tjahjo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo: Beri Kami Waktu 4 Tahun untuk Buktikan ke Rakyat yang Tak Pilih Kita

Prabowo: Beri Kami Waktu 4 Tahun untuk Buktikan ke Rakyat yang Tak Pilih Kita

Nasional
Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Nasional
BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Nasional
Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Nasional
Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Nasional
PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

Nasional
Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Nasional
Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Nasional
 Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Nasional
PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

Nasional
Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Nasional
Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Nasional
Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Nasional
 Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com