Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjadi Penonton Jokowi

Kompas.com - 25/05/2015, 16:00 WIB

 

Mereka mengharapkan fakir miskin dan anak telantar benar-benar ditanggung oleh negara, bukan malah ditelantarkan oleh negara. Mereka mengharapkan Jokowi menyediakan lapangan pekerjaan guna memupus penganggur masyarakat terdidik yang jumlahnya membengkak. Mereka juga mengharapkan Jokowi menjamin serta mewujudkan keamanan dan pengamanan di seluruh wilayah Indonesia, sehingga para penonton Jokowi dapat bekerja dan beraktivitas di ruang publik dengan tenteram, nyaman, dan aman.

Para penonton Jokowi menginginkan pemerintah, pejabat publik, dan anggota Dewan tidak menunjukkan sifat dan sikap adigang, adigung, dan adiguna. Pertunjukan kekerasan sosial semacam itu berujung pada pamer kekuasaan di antara para pihak yang berseteru.

Dampak sosialnya menyebabkan rakyat menjadi tidak tenang dalam beraktivitas. Dampak politiknya, kondisi suhu perpolitikan di Indonesia menjadi panas tidak menentu.

Kenapa belakangan ini penonton Jokowi menjadi semakin kritis? Juga ceriwis dan mudah marah? Cepat tersinggung, nyinyir, dan galak saat menuliskan statusnya di akun media sosial? Malah terkesan tidak sabar menanti hasil kerja Kabinet Kerja Jokowi?

Pelayan masyarakat

Hal itu terjadi karena rakyat yang sebagian besar adalah penonton Jokowi mempunyai harapan besar pada sosok Jokowi. Mereka yang galak, kritis, ceriwis, dan antagonis itu menginginkan Jokowi memberikan angin segar yang membawa pengharapan bugar. Mereka ingin agar hidup dan kehidupan rakyat Indonesia menjadi jauh lebih baik daripada sebelumnya. Mereka pun ingin harga sandang, pangan, dan papan murah. Biaya kesehatan dan pendidikan terjangkau. Mudah mencari makan dan pekerjaan. Keamanan pun terjamin.

Atas pengharapan penonton Jokowi itulah sudah saatnya pemerintah dan segenap pejabat publik mendekonstruksi dirinya menjadi pelayan masyarakat. Bermetamorfosis menjadi sosok pemerintah dan pejabat publik yang amanah. Mengedepankan ideologi pelayanan masyarakat lewat cara melayani rakyatnya dengan merealisasikan realitas sosial bukan realitas media, apalagi realitas politik.

Sebagai pelayanan masyarakat sudah saatnya mengedepankan asas komunikasi cinta. Hal itu perlu dilakukan demi menjamin tersampaikannya pesan pemerintah kepada rakyat secara egaliter. Pesan pemerintah dikemas dalam sebuah proses komunikasi cinta yang sejuk dan tidak memunculkan miskomunikasi di antara kedua belah pihak.

Bagi rakyat, ketika pemerintah mengedepankan realitas sosial, hal itu jauh memenuhi hak rakyat atas harkat dan martabatnya. Sebaliknya, ketika pemerintah dalam setiap derap langkahnya lebih mengutamakan realitas politik, pemerintah berikut jajarannya memang tidak meniatkan diri menjadi pelayanan masyarakat yang mengutamakan kesejahteraan dan perlindungan jiwa raga bagi rakyatnya.

Sumbo Tinarbuko
Pemerhati Budaya Visual dan Dosen Komunikasi Visual ISI Yogyakarta

* Artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Mei 2015 dengan judul "Menjadi Penonton Jokowi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Nasional
Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Nasional
KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

Nasional
Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Nasional
Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

Nasional
KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com