Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Keutuhan Bangsa, Elite Politik Perlu Menahan Diri

Kompas.com - 23/01/2015, 21:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Elite politik perlu menahan diri, jangan saling menyerang dan mendelegitimasi lembaga lain dalam menyikapi kegaduhan politik yang terjadi belakangan ini. Energi bangsa jangan sampai terbuang sia-sia di tengah munculnya momentum kebangkitan ekonomi dan kegairahan mewujudkan harapan seiring dengan hadirnya pemerintahan baru hasil Pemilu 2014.

”Mari kita berpikir jernih, utamakan akal sehat. Jangan larut dalam emosi karena itu justru menyulitkan penyelesaian masalah,” ujar mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (22/1).

Pernyataan ini disampaikan Syafii Maarif menanggapi dinamika politik belakangan ini, terutama yang terjadi setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 13 Januari lalu mengumumkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai tersangka dalam kasus korupsi. Penetapan KPK itu membuat Presiden Joko Widodo menunda melantik Budi sebagai Kepala Polri menggantikan Jenderal (Pol) Sutarman.

Langkah KPK menetapkan Budi sebagai tersangka tidak hanya membuat kuasa hukum Budi mengajukan permohonan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, tetapi juga melaporkan pimpinan KPK ke Kejaksaan Agung dan Badan Reserse Kriminal Polri.

Kemarin, Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengungkapkan sejumlah dugaan aktivitas politik Ketua KPK Abraham Samad menjelang Pemilu Presiden 2014. KPK membantah pernyataan Hasto tersebut.

Kondisi ini dikhawatirkan memunculkan konflik antarlembaga dan mengganggu upaya pemberantasan korupsi, khususnya dalam kasus Budi.

Menurut Syafii Maarif, polemik di kalangan elite politik, seperti yang sekarang terjadi dalam kasus Budi, rentan membuat rakyat makin kehilangan kepercayaan kepada pemerintah. Dalam situasi ini, semua pihak hendaknya mengevaluasi diri sendiri.

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang KH Salahuddin Wahid, yang akrab dipanggil Gus Sholah, juga meminta agar berbagai pihak menahan diri.

”Intinya, jangan sampai mengorbankan kepentingan bangsa dan negara hanya demi kepentingan pribadi dan golongan. Semua harus menahan diri,” katanya.

Gus Sholah amat prihatin dengan munculnya fenomena saling menyerang yang kini terjadi antara DPR, Polri, KPK, dan sejumlah partai politik yang dipicu oleh kasus Budi. Kondisi ini menunjukkan terjadinya situasi tidak saling percaya antarinstitusi negara. ”Jika di antara lembaga negara saja sudah tak saling percaya, bagaimana mereka bisa membuat masyarakat luas bisa memercayai mereka?” ujarnya.

KPK tak boleh runtuh

Gus Sholah mengingatkan, konflik KPK dan Polri yang pernah terjadi tahun 2009 dan dikenal sebagai ”Cicak vs Buaya” tak boleh terulang. Oleh karena itu, selain berbagai pihak terkait harus menahan diri, Presiden juga perlu segera bertindak.

Sehubungan dengan pernyataan Hasto seputar kegiatan Abraham Samad yang bertendensi politis, Gus Sholah berharap informasi itu tidak benar. ”Jika memang Abraham terbukti menyalahgunakan wewenangnya, dia harus nonaktif sebagai Ketua KPK,” katanya.

Namun, sebagai institusi, KPK tidak boleh runtuh dan harus terus tegak berdiri karena keberadaannya amat dibutuhkan dalam mengusut kasus-kasus korupsi kelas kakap.

Profesor Riset Mochtar Pabottingi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengingatkan adanya bahaya yang mengancam Indonesia, yaitu ketika sebagian lembaga penegak hukum berada di satu kubu untuk melemahkan penegakan hukum lainnya.

Hal ini ditunjukkan oleh adanya sejumlah kelompok dan elite politik yang membela Budi dan menyerang KPK. Ini memperlihatkan ada elite politik yang berusaha melindungi kepentingan dan masa lalunya yang tak benar agar tidak disentuh KPK.

”Ada semacam konsolidasi lembaga penegak hukum agar tidak tercipta negara hukum di Indonesia. Bahaya ini harus disadari oleh kita semua,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

Nasional
Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Mengintip Kecanggihan Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 yang Bersandar di Jakarta

Nasional
Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

Selain Rakernas, PDI-P Buka Kemungkinan Tetapkan Sikap Politik terhadap Pemerintah Saat Kongres Partai

Nasional
Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

Korban Dugaan Asusila Sempat Konfrontasi Ketua KPU saat Sidang DKPP

Nasional
Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

Covid-19 di Singapura Naik, Imunitas Warga RI Diyakini Kuat

Nasional
WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

WWF 2024 Jadi Komitmen dan Aksi Nyata Pertamina Kelola Keberlangsungan Air

Nasional
Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

Menhub Targetkan Bandara VVIP IKN Beroperasi 1 Agustus 2024

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Sempat Ditangani Psikolog saat Sidang

Nasional
Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

Polri: Kepolisian Thailand Akan Proses TPPU Istri Fredy Pratama

Nasional
Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri dan Kepolisian Thailand Sepakat Buru Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Lewat Ajudannya, SYL Minta Anak Buahnya di Kementan Sediakan Mobil Negara Dipakai Cucunya

Nasional
KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

KPK Duga Eks Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin Terima Fasilitas di Rutan Usai Bayar Pungli

Nasional
Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Desta Batal Hadir Sidang Perdana Dugaan Asusila Ketua KPU

Nasional
Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Soal Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura, Kemenkes Sebut Skrining Ketat Tak Dilakukan Sementara Ini

Nasional
DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

DKPP Akan Panggil Sekjen KPU soal Hasyim Asy'ari Pakai Fasilitas Jabatan untuk Goda PPLN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com