Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2014, 16:06 WIB

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Pada tahun 80an, ada jargon terkenal yang diucapkan oleh pelawak Gepeng (alm). Dalam salah satu episode lawakan Grup Srimulat yang ditayangkan di TVRI, ada adegan di mana Juju--primadona Srimulat--yang berperan sebagai majikan Gepeng, terancam pelecehan seksual. Untung ada jongos Gepeng yang segera menyelamatkan sang majikan. Pada adegan tersebut Gepeng berucap "Untung, ada saya!", sambil membusungkan dada. Ucapan tersebut kala itu menjadi terkenal bersamaan dengan melejitnya popularitas Gepeng.

Begitulah, ucapan tersebut pun diucapkan oleh siapa saja apabila seseorang berhasil menyelamatkan orang, binatang, atau keadaan dari marabahaya.

Kini, ucapan itu rasanya pas kita tujukan buat Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti yang datang 'bak pahlawan untuk menyelamatkan situasi genting negeri ini.

Ketika laut kita dikuras oleh kapal-kapal asing, Susi datang mengusir dan menenggelamkannya. Ketika semua orang memuja gelar sebagai syarat bekerja, Susi datang ke Istana Negara untuk jadi menteri dengan hanya ijazah SMP. Ketika masyarakat sudah dibutakan oleh perilaku penuh basa-basi, Susi datang mencairkannya dengan penampilan yang apa adanya.

Ya, untung ada Susi!

Untung ada Susi yang sanggup meyakinkan Jokowi, sehingga Presiden punya alasan yang kuat bahwa lautan kita perlu dilindungi dari kapal-kapal asing yang menjarah ikan dan kekayaan laut kita. Karenanya, kapal-kapal itu harus ditenggelamkan setelah awaknya diselamatkan.

Untung ada Susi, sehingga bangsa ini menjadi lebih gagah dan tidak dilecehkan. Sebab, mereka yang semula mengeruk kekayaan laut dan selalu bisa lepas setelah ditangkap, sekarang jadi gentar dan menjauh dari perairan kita. Maka, meskipun kini sedang musim paceklik, tapi para nelayan kita mengaku beroleh banyak ikan. Tahu sebabnya? Karena ikan-ikan di lautan kita tak berkurang oleh para pencuri.

Untung ada Susi yang dengan tegas membela atasannya yang dia anggap benar dan sekaligus mengubah tradisi sebelum ini yang selalu memberi toleransi jika kita dihina oleh tetangga dekat. Susi itulah yang memberikan tanggapan keras atas pernyataan media Malaysia yang "menyerang" Presiden Joko Widodo soal kebijakan Indonesia di sektor maritim.

Tersebutlah, media online Malaysia, Utusan.com, menyatakan Presiden Joko Widodo ingin melakukan konfrontasi dengan Malaysia. Dalam artikel berjudul Maaf Cakap, Inilah Jokowi, media tersebut menulis, rencana pemerintah Indonesia menenggelamkan kapal nelayan Malaysia yang menerobos perairan Indonesia merupakan hal yang kontroversial.

Susi membela Jokowi dengan mengatakan pemerintah harus tegas kepada pihak asing dan domestik yang berpotensi merugikan kedaulatan maritim Indonesia. Susi juga menegaskan kembali rencananya untuk menenggelamkan kapal asing yang melanggar kedaulatan serta hukum wilayah Indonesia.

"Kita hanya melakukan apa yang memang seharusnya dilakukan oleh sebuah negara maritim yang berdaulat," ujar Susi setelah menghadiri acara Hari Ikan Nasional di Parkir Timur Senayan, Ahad, 30 November 2014.

Menurut Susi, penenggelaman kapal merupakan salah satu upaya menegakkan kedaulatan maritim Indonesia agar diakui dunia. "Kedaulatan adalah hal yang tak bisa ditawar," tutur Susi.

Gara-gara Susi, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Laksamana Madya Purnawirawan Freddy Numberi pun berkomentar, "Dulu saya pernah ditegur Pak SBY karena membakar kapal asing ilegal," katanya di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat, 5 Desember 2014. Saat itu, menurut Freddy, SBY tengah akrab dengan Perdana Menteri Vietnam. "Takut keakraban itu terganggu, mungkin," kata Freddy.

Untung ada Susi, sehingga membuat banyak orang bergembira, terutama mereka yang sudah enek dengan kepura-puraan dan basa-basi. Menyaksikan tampilan Susi adalah melihat kemerdekaan seorang manusia yang tak takut reputasinya sebagai seorang menteri ambruk gara-gara dirinya bertato dan merokok.

Untung ada Susi, sehingga membuat mereka yang berpendidikan rendah jadi bersemangat untuk menggapai cita-cita setinggi langit. Sebab Susi sudah membuktikan, bekerja dengan sungguh-sungguh dan menggunakan kecerdasan dengan maksimal dan tak harus berbekal gelar berderet, bisa membuat manusia menjadi mulya.

Untung ada Susi, sehingga bisa melindungi menteri-menteri yang memiliki kekurangan. Lihatlah, lantaran ada Susi, para menteri yang tak bernyali membuat gebrakan jadi tak terekspos. Susi seperti jadi bumper bagi menteri yang kurang menonjol.

Untung ada Susi, sehingga kita percaya masih ada orang kaya yang baik hatinya. Ketika para wartawan dan penulis mengungkap siapa sejatinya Susi, maka kita pun jadi tahu, Susi adalah di antara yang sedikit dari orang-orang kaya yang baik hatinya. Orang yang rela membelanjakan hartanya untuk warga miskin, orang yang rela membawa bantuan ke tempat bencana dengan pesawat pribadinya.

Untung ada Susi, yang memberi semangat banyak orang untuk bekerja keras. Ya, ya... kini banyak orang yang percaya, bahwa kerja keras pasti akan membuahkan hasil. Itulah yang dicontohkan Susi yang semula hanya sebagai pengepul ikan di Pangandaran, sekarang telah memiliki berpuluh-puluh pesawat komersil.

Untung ada Susi. Karena Susi gemar berkomunikasi dan mencari informasi, kita sekarang jadi tahu, betapa amat menyedihkannya keadaan TNI dan Polri untuk soal pengamanan teritori. TNI AL ternyata hanya memiliki 70 kapal patroli. Yang lebih mengejutkan lagi ternyata dari 70 kapal patroli itu hanya 10 yang layak jalan, dan dari yang hanya 30% atau 3 kapal saja yang anggaran operasionalnya tersedia. Sementara Polri memiliki 490 kapal patroli, yang beroperasi hanya separuhnya. Itu pun hanya beroperasi dua jam sehari, dan hanya 10 hari dalam satu bulannya.

Eh... Untung ada Susi, karena tindakan-tindakan dia, mereka yang berseberangan dengan pemerintahan Jokowi pun jadi punya panggung. Sebagian menuduh kapal yang ditenggelamkan tak lebih hanya perahu motor. Sebagian lainnya menuduh, apa yang dikerjakan Susi dengan menenggelamkan kapal asing tak lebih hanya gagah-gagahan saja, pencitraan belaka.

Ah... Untung ada Susi. Karena dia, rasanya bangsa ini jadi lebih bergairah. Jangan-jangan benar "tuduhan" Rhenald Kasali bahwa Susi adalah seorang yang jenius yang mampu menggunakan kecerdasannya dengan kecerdasannya.

Tabik Bu Susi...

@JodhiY


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com