Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringati 10 Tahun Kematian Suaminya, Istri Munir Tagih Janji SBY

Kompas.com - 08/09/2014, 01:24 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Istri aktivis HAM Munir Said Thalib, Suciwati Munir, membuat petisi untuk memperingati 10 tahun kematian suaminya pada 7 September 2004. Petisi tersebut ditujukan kepada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Suciwati menagih janji kepala negara untuk mengungkap pembunuh suaminya.

Suciwati menggunakan platform petisi online change.org untuk menyebarkan petisi ini. Hingga hari ini (8/9/2014) pukul 00.26 WIB, sebanyak 7435 sudah menandatangani petisi ini.

Pada petisi tersebut, Suciwati mengulang kembali perkataan Presiden tentang kasus kematian Munir 10 tahun yang lalu. Saat itu, seperti yang tertulis dalam petisi milik Suciwati, Presiden mengatakan, "Kasus Munir adalah test of our history."

Pernyataan tersebut langsung dibandingkan dengan kenyataan selama 10 tahun terakhir ini. Pelaku pembunuh Munir belum terungkap. Suciwati beserta korban pelanggaran hak asasi manusia lainnya pun mengirimkan surat kepada Presiden.

"Agar Anda ingat dan berani," ujar Suciwati seperti yang tertulis pada petisi tersebut.

Suciwati juga menyebut Presiden terpilih Joko Widodo beserta wakilnya Jusuf Kalla dalam petisinya. Kecewa dengan SBY, Suciwati mengungkapkan harapannya kepada Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk menjadi pemimpin yang berani menuntut pelanggar HAM berat, seperti kasus suaminya, kepada pengadilan.

"Ini bukan mengungkit luka. Ini untuk  penyembuh luka sejarah bangsa kita. Kami butuh lilin penerang untuk masa depan. Pemimpin yang meluruskan sejarah kelam agar itu tak terjadi lagi. Peradaban, dimulai dari pemberani yang melakukan perubahan menjadi lebih baik. Andakah itu Pak Jokowi dan Pak JK?" tulis Suciwati.

Berikut ini adalah kalimat lengka yang tertera dalam petisi online yang ditulis Suciwati Munir di change.org :

Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
Apa kabar di hari-hari akhir pemerintahan Anda? Masihkah memegang janji untuk mengungkap dalang pelaku pembunuhan suami saya, Munir? Sepuluh tahun lalu Anda berkata “Kasus Munir adalah 'test of our history'.” Ujian sejarah kita. Sejarah bangsa Republik Indonesia.

Di ujung pemerintahan Anda yang kedua ini saya ingatkan lagi bahwa saya bersama korban pelanggaran HAM berat berdiri diam setiap Kamis sore selama sewindu lebih di depan istana megah Anda, bersama ratusan surat yang kami antarkan ke Istana. Agar Anda ingat dan berani.

Menuntaskan perkara yang Anda janjikan saja tidak 'berhasil' apalagi yang lainnya. Sungguh yang Anda wariskan hanyalah hutang pada generasi anak bangsa, hutang sejarah pelanggaran HAM dan kekebalan hukum penjahat kemanusiaannya.

Bapak Presiden,
Indonesia kini memiliki Presiden baru yaitu Joko Widodo dan Wakilnya Jusuf Kalla, wakil presiden era pertama pemerintahan Anda yang pasti tahu janji Anda. Oktober ini mereka dilantik menggantikan Anda. Jika memang Anda tidak lagi meyakini kemampuan kepresidenan Anda, maka saya ingin langsung menempatkan warisan yang tidak pernah Anda selesaikan ini, saya tagihkan kepada mereka.

Saya sadar, dalang pembunuh Munir bukan orang biasa. Bukan orang yang luar biasa. Tapi sangat luar biasa. Barangkali pembunuh itu bisa mempengaruhi begitu banyak petinggi kekuasaan sehingga dirinya tak tersentuh oleh hukum. Itu tidak melemahkan saya dan kawan-kawan yang mencintai Munir. Tidak sedikit pun membuat kami mundur demi memperjuangkan keadilan untuk Munir.

Keadilan itu menjadi keadilan yang tak terpisahkan dengan keadilan bagi para korban pelanggaran HAM berat masa lalu. Kami prihatin karena tak satu pun perkara ini dapat Anda selesaikan. Yang kita lihat saat ini akan dicatat oleh sejarah, tentu bukan dengan tinta emas.

Sekarang, saya beralih kepada Bapak Presiden terpilih Ir. Joko Widodo, dan Bapak Wakil Presiden terpilih Jusuf Kalla. Saya ingin berbagi kerinduan, betapa saya dan rakyat Indonesia merindukan presiden dan wakil yang berani. Berani bertindak menuntut pelanggar HAM berat ke pengadilan.

Ini bukan mengungkit luka. Ini untuk penyembuh luka sejarah bangsa kita. Kami butuh lilin penerang untuk masa depan. Pemimpin yang meluruskan sejarah kelam agar itu tak terjadi lagi. Peradaban, dimulai dari pemberani yang melakukan perubahan menjadi lebih baik. Andakah itu Pak Jokowi dan Pak JK?

Kami seluruh anak bangsa ini sungguh-sungguh merindukan sosok itu ke depan. Saya menunggu dengan sepenuh cinta untuk perubahan negeri ini menjadi lebih baik.

Salam dari saya orang biasa, seorang perempuan, seorang ibu, seorang istri yang dipisahkan dari suaminya dengan cara yang menginjak perikemanusiaan bangsa kita, Republik Indonesia.

22 Agustus 2014
Suciwati

Pada 7 September 2004, Munir ditemukan meninggal dalam penerbangan dari Jakarta menuju Belanda. Otopsi yang dilakukan pihak berwenang di Belanda menunjukkan bahwa dia telah diracun dengan arsenik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com