"Etikanya kami kan pengurus, ketua umumnya Pak Aburizal Bakrie, masak berbeda? Bila perbedaan itu sebelum keputusan diambil, itu dinamika. Tapi bila keputusan sudah diambil, tetap juga berbeda, itu kan mengganggu soliditas," ujar Mara saat dihubungi, Senin (11/8/2014).
Mara membandingkan Agung Laksono dengan Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tandjung. Dia menilai, sebelum keputusan, Akbar kerap melontarkan kritik. Namun, saat keputusan tersebut dibuat, Akbar taat akan keputusan yang diambil.
"Soal munas tahun 2015, kenapa tidak diributkan sejak tahun 2010 atau 2013? Kenapa ribut atau mendesak munas tahun 2014? Padahal, jelas sudah keputusan Munas VIII Riau, kan munas tahun 2015 dan masa bakti pun jelas disebut bsrdasarkan SK 2009-2015," papar Mara.
Mara juga mengungkapkan, pencopotan Agung Laksono dari posisi Wakil Ketua Umum juga atas desakan dari Dewan Pimpinan Daerah Golkar tingkat provinsi. Dia menampik adanya desakan dari kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam pergantian kepengurusan Golkar ini.
"Ketua umum kan juga punya hak prerogatif," imbuhnya.
Seperti diketahui, Agung Laksono belakangan ini kerap menyuarakan pelaksanaan musyawarah nasional (munas) untuk mencari ketua umum baru dilakukan tahun 2014 ini. Agung pun sudah mulai membentuk tim sukses untuk maju sebagai calon ketua umum.
Namun, kubu Aburizal menegaskan bahwa munas dilakukan pada 2015. Hal tersebut berdasarkan kesepakatan Munas 2009 lalu. Selain Agung, Aburizal juga mencopot Ketua DPP Bidang Pemuda Golkar Yorrys Raweyai yang juga kerap menyuarakan soal Munas 2014.
Update:
Wasekjen Golkar: Tidak Ada Pemecatan, Hanya Penyegaran