Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jabatan DPR Tinggal Sebulan, Pansus Pilpres Dinilai Tak Efektif

Kompas.com - 09/08/2014, 18:35 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI), Jerry Sumampouw mempertanyakan urgensi pembentukan panitia khusus (pansus) pilpres oleh anggota DPR. Ia tidak melihat ada alasan yang kuat untuk membentuk pansus.

"Kalau masalahnya soal DPT, DPTB, persoalan di (pemilu) legislatif sama. Kenapa hanya presiden?" ujar Jerry saat diskusi 'Pansus Pilpres Apakah Efektif' di Restoran Haropa, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/8/2014).

Ia menuturkan, masalah di pemilu legislatif lebih rumit, karena berpotensi ada mobilisasi massa di daerah-daerah tertentu di Indonesia. Saat pileg, jika pemilih berpindah daerah, maka yang dipilih juga menjadi berbeda, karena peserta tiap daerah berbeda.

Ia menambahkan, saat peraturan tentang daftar pemilih diberlakukan, tidak ada yang protes terhadap Komisi Pemilihan Umum. Protes baru dilayangkan ketika KPU mengumumkan hasil.

"Kita tidak bisa mengidentifikasi di mana kecurangannya. Apalagi kecurangan penyelenggara pemilu," sambung Jerry.

Ia mengakui, masih banyak kasus yang belum terselesaikan seperti di Papua dan DKI Jakarta. Meski begitu, DPR tidak harus serta merta membentuk pansus.

"Saya tidak melihat alasan yang kuat. Karena di masa lalu juga terjadi dan sudah ada solusi diperbolehkan dengan sistem noken," imbuh Jerry.

Selain itu, Jerry mengatakan jabatan anggota DPR 2009-2014 hanya sampai Desember 2014, maka pembentukan pansus tidak akan efektif.

"DPR hanya sampai desember. Minimal sebulan yang efektif. Kalau pansus dipaksa terbentuk tidak akan efektif," ungkap Jerry.

Hal senada juga disampaikan oleh pengamat komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing. Menurut dia, jabatan anggota DPR RI hanya tinggal satu bulan lagi, sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk membentuk panitia khusus (pansus) pilpres. Oleh karena itu, pansus tidak akan efektif dalam menjalankan kewajibannya.

"Dari jabatan mereka tinggal 1 bulan lagi, padahal masih banyak PR yang belum selesai. Kok menambah tugas lagi?" ujar Emrus, di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/8/2014).

Hal ini, menurut dia, semakin meyakinkan publik, bahwa pembantukan pansus pilpres lebih bernuansa politik daripada perbaikan untuk pilpres mendatang. Emrus pun berpendapat, kepentingan pansus untuk penyelidikan korupsi seharusnya didahulukan.

"Menyelidiki korupsi kan lebih baik, lebih penting, daripada pembentukan pansus untuk pilpres," kata Emrus.

Ia pun mengakui, pembentukan pansus pilpres merupakan kewenangan DPR. Meski begitu, ia menyarankan kepada para politisi di DPR RI untuk bersabar menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi terkait gugatan capres dan cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa terhadap hasil pilpres.

"Kalaupun memang DPR punya wewenang legislasi, bukan berarti bisa menggunakan wewenang seenaknya," sambung Emrus.

Sebelumnya, Koalisi Merah Putih yang mengusung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mengusulkan agar DPR RI segera membentuk pansus pilpres. Mereka tetap meyakini jika pelaksanaan Pilpres 2014 sarat akan praktik kecurangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Nasional
Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Nasional
Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Nasional
Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Nasional
Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Nasional
PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

Nasional
Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Nasional
Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Nasional
Disebut Copot Afriansyah Noor dari Sekjen PBB, Yusril: Saya Sudah Mundur, Mana Bisa?

Disebut Copot Afriansyah Noor dari Sekjen PBB, Yusril: Saya Sudah Mundur, Mana Bisa?

Nasional
Video Bule Sebut IKN 'Ibu Kota Koruptor Nepotisme' Diduga Direkam Dekat Proyek Kantor Pemkot Bogor Baru

Video Bule Sebut IKN "Ibu Kota Koruptor Nepotisme" Diduga Direkam Dekat Proyek Kantor Pemkot Bogor Baru

Nasional
Ahli Pidana: Bansos untuk “Korban” Judi Online Sama Saja Kasih Narkoba Gratis ke Pengguna…

Ahli Pidana: Bansos untuk “Korban” Judi Online Sama Saja Kasih Narkoba Gratis ke Pengguna…

Nasional
KPK Akan Gelar Shalat Idul Adha Berjamaah untuk Tahanan Kasus Korupsi

KPK Akan Gelar Shalat Idul Adha Berjamaah untuk Tahanan Kasus Korupsi

Nasional
Ahli Sebut Judi Online seperti Penyalahgunaan Narkoba, Pelakunya Jadi Korban Perbuatan Sendiri

Ahli Sebut Judi Online seperti Penyalahgunaan Narkoba, Pelakunya Jadi Korban Perbuatan Sendiri

Nasional
PBB Copot Afriansyah Noor dari Posisi Sekjen

PBB Copot Afriansyah Noor dari Posisi Sekjen

Nasional
Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Anies, JK, hingga Sandiaga Nonton Bareng Film LAFRAN yang Kisahkan Pendiri HMI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com