JAKARTA, KOMPAS.com — Gerakan Dekrit Rakyat Indonesia meminta kepada kedua calon presiden dan para pendukungnya untuk tidak menggunakan media masa untuk menghasut dan mengacaukan informasi pasca-Pemilu Presiden 9 Juli yang lalu. Kedua kandidat diminta untuk segera menghentikan segala upaya kotor demi meraih kemenangan.
"Itu menodai ruang publik dan menciptakan keresahan masyarakat," ujar Koordinator Gerakan Dekrit Rakyat Indonesia, Chalid Muhammad, saat menggelar jumpa pers di Galeri Cemara 6, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (11/7/2014).
Chalid mengatakan, saat ini terdapat perilaku politik yang mengupayakan pelemahan demokrasi untuk mendapatkan dan memperkuat kekuasaan. Banyak terdapat indikasi kecurangan yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti memanfaatkan media massa untuk menjadi instrumen disinformasi, pengacauan hasil hitung cepat, dan bentuk-bentuk kecurangan lainnya.
Koordinator Institut Hijau Indonesia ini meminta kepada masyarakat untuk tidak terpancing oleh provokasi yang mengadu domba masyarakat. Masyarakat diminta untuk menunggu dan mengawal hasil perhitungan suara yang akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum pada 22 Juli mendatang.
"Segenap warga menunggu hasil penghitungan suara oleh KPU secara damai serta terlibat mengawal kerja KPUD/KPU melakukan penghitungan suara," kata Chalid.
Gerakan Dekrit Rakyat Indonesia meminta kepada semua pihak untuk mewujudkan pilpres yang damai tanpa mengintervensi suara rakyat dalam proses penghitungan suara oleh Komisi Pemilihan Umum. Selain Chalid Muhammad, ada beberapa tokoh lain yang hadir, antara lain peneliti LIPI, Mochtar Pabottingi, tokoh agama, Romo Benny Susetyo, Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia, Ray Rangkuti, dan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.