JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Direktur Eksekutif Indonesia Network Elections Survey (INES), Irwan Suhanto, menilai sebagian lembaga survei saat ini cenderung bermain di dua kaki. Lembaga survei cenderung mengeluarkan hasil survei yang berbeda kepada partai politik dan masyarakat.
"Ada survei yang dibuat untuk intern, ada juga yang untuk propaganda," kata Irwan di Jakarta, Senin (7/7/2014).
Irwan mengatakan, partai politik memerlukan sebuah lembaga survei untuk melakukan penelitian. Hal itu dibutuhkan sebagai bahan evaluasi ke dalam dan publikasi propaganda ke masyarakat. Menurut Irwan, sulit menemukan lembaga survei yang kredibel. Ia menilai ada beberapa lembaga survei yang diyakininya kredibel dan independen, tetapi banyak lembaga survei yang bermain di dua kaki.
"Saya tidak ingin masuk ke persoalan metodologi. Dalam demokrasi yang liberal seperti sekarang, survei yang bermuatan propaganda itu keniscayaan, tapi jangan keterlaluan lah. Saya tidak katakan semua lembaga survei, masalahnya hasil survei itu sangat beri pengaruh ke mindset masyarakat," kata Irwan.
Irwan yang berhenti sebagai Direktur Eksekutif INES sejak 20 Juni 2014 itu mengatakan, sebuah survei elektabilitas capres biasanya baru dapat dipublikasikan setelah tiga bulan melakukan penelitian. Oleh karena itu, ia tidak yakin atas hasil survei yang dilakukan kurang dari waktu tersebut.
"Kalau survei normal dengan standar ketat, bisa menghabiskan Rp 1 miliar. Itu untuk biaya sewa hotel, akomodasi, media, dan lain-lain. Kalau hanya hitungan hari, maka perlu dipertanyakan surveinya," ujar Irwan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.