Diva hampir selalu ikut ibunya, Suciwati, dalam aktivitas perjuangan hak asasi manusia (HAM) atau penuntutan pengungkapan kasus kematian ayahnya. Begitu pula saat kuliah umum HAM "Melawan Lupa" di Auditorium Pegadaian, Jakarta Pusat, Rabu (2/7/2014) malam kemarin.
Bukan hanya pasif mendampingi sang ibu atau menjadi penonton. Gadis yang akan duduk di tingkat VII atau kelas 1 SMP itu pun turut menyerukan penegakan HAM dan penegakan hukum atas kasus kematian Munir yang misterius.
Mengenakan gaun mini berwarna ungu, Diva berdiri berdampingan dengan putra Widji Thukul, Fajar Merah di atas panggung. Fajar menyanyikan lagu yang merupakan musikalisasi puisi-puisi Widji Thukul, Diva membacakan puisi KH A Mustofa Bisri yang dipersembahkan untuk Munir.
Halus dan lembut pembacaan puisi Diva. Meski demikian, suaranya mampu membuat hadirin di dalam ruangan tercengang. Tak ayal, saat ia selesai dengan puisi itu, tamu yang menyaksikan aksinya bertepuk tangan panjang.
Turun dari panggung, Diva kembali sibuk dengan apa yang dikerjakannya sebelum naik panggung, merangkai karet menjadi gelang. Ilmu merangkai gelang itu didapat Diva dari sahabatnya Assha. Persahabatan keduanya bermula dari persahabatan ibu-ibunya.
"Bahan dan alat-alatnya juga dikasih Assha untuk aku," kata gadis berkulit sawo matang itu masih sibuk dengan karet berwarna-warninya.
Meski bahan, alat dan keahilan itu baru dikuasai Diva beberapa jam sebelum acara, namun Diva sudah kebanjiran pesanan. Sebut saja misalnya dari pembawa acara "Melawan Lupa", Rosiana Silalahi. Atas karyanya itu, Diva menerima upah Rp 100.000. Padahal, sebelumnya ia hanya mamatok harga Rp 10.000 hingga Rp 15.000 untuk setiap gelang.
Setidaknya, tujuh buah gelang berhasil diselesaikan Diva selama acara berlangsung. Semua dihargai lebih banyak dibanding harga yang ia tetapkan.
Menyanyi seriosa demi Abah
Diva tidak ingin berfoya-foya dengan uang hasil penjualan karyanya. Ia mengatakan, uang-uang itu untuk ditabung. Cita-citanya, dengan uang hasil tabungan sendiri, ia ingin ke Barcelona, Spanyol.
Di kota itu, Diva ditunggu oleh sahabat ibunya, Irma. "Tante Irma yang mau urus supaya aku bisa konser di sana," katanya.
Bukan hanya pandai berpuisi dan kerajinan tangan, Diva juga berbakat dalam bernyanyi seriosa. Maka, dengan suaranya itu, Diva ingin memperjuangkan kejelasan hukum sang ayah, bahkan hingga ke luar negeri.
"Aku sih ndak (tidak) ingat apa-apa soal Abah. Tapi jelas lah, aku mau tahu soal (pelaku pembunuhan) Abah," ujar Diva.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.