Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW Nilai KJP Masih Jauh dari Harapan

Kompas.com - 10/04/2014, 17:26 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesian Corruption Watch (ICW) menilai pelaksanaan program Kartu Jakarta Pintar (KJP) masih jauh dari harapan. Hal itu disebabkan banyaknya KJP yang salah sasaran. Karena itu, ICW sangat berharap agar Dinas Pendidikan segera melakukan pembenahan terhadap sistem pendataan penerima KJP.

Koordinator Monitoring Pelayanan Publik ICW Fedri Hendri mengatakan bahwa pihaknya sangat berharap kepada seluruh kepala sekolah baru hasil lelang jabatan agar bisa memperbaiki kualitas data siswa penerima KJP. Hal ini terutama di sekolah-sekolah yang banyak memiliki siswa dari keluarga miskin.

"Kalau dikasih rapor, KJP ini nilainya 6 karena tak tepat sasarannya masih banyak. Ke depannya kita berharap penciuman dan penglihatan kepala sekolah dan guru-guru lebih tajam untuk mengetahui mana anak yang kayak dapat KJP, mana yang tidak," kata Hendri usai menemui Wakil Gubernur DKI Jakarta, di Balaikota Jakarta, Kamis (10/4/2014).

Selain itu, kata Hendri, ICW menyarankan agar aparat Pemprov DKI lebih sering melakukan sosialisasi terhadap orangtua murid agar lebih sadar bahwa uang yang anaknya terima harus digunakan untuk masa depan pendidikan anaknya. Menurutnya, penyaluran KJP yang berbentuk uang tunai sering disalahgunakan oleh orangtua siswa untuk membeli kebutuhan yang lain, selain peralatan sekolah.

"Ada orang tua yang manipulasi kuitansi. Jadi dia minta kuitansi di toko tertentu padahal sebenarnya dia tidak pernah membeli barang di toko itu. Ini masalah aturan main. Duit KJP ini dipakai buat apa aja," ucapnya.

"Jadi dibuat aturan duit KJP boleh dipakai buat seragam, atau sepatu, jadi ada aturan mainnya. Jangan dipakai untuk beli pulsa, beli rokok, beras," katanya lagi.

Lebih lanjut, kata Hendri, apabila sistem penyaluran KJP telah berjalan dengan baik, ia meminta agar Pemprov dapat secara perlahan menaikan nilai program tersebut. Hal itu dimaksudkan agar dana KJP akan benar-benar terasa manfaatnya bagi keluarga miskin.

Saat ini, lanjutnya, dana KJP belum bisa seratus persen memenuhi kebutuhan pendidikan siswa-siswa dari keluarga miskin. "Saat ini dana KJP di tingkat SD baru bisa meng-cover 72 persen, SMP 70 persen, dan SMA 68 persen. Kami berharap di tingkat SMA diperbanyak karena di tingkat ini banyak pungutan yang harus ditanggung orang tua murid," tukas Hendri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Ingin TNI Pakai 'Drone', Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan 'Drone AI'

Jokowi Ingin TNI Pakai "Drone", Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan "Drone AI"

Nasional
Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Nasional
Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Nasional
Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Nasional
Hari Ke-6 Pemberangkatan Haji, 41.189 Jemaah Asal Indonesia Tiba di Madinah

Hari Ke-6 Pemberangkatan Haji, 41.189 Jemaah Asal Indonesia Tiba di Madinah

Nasional
UKT Naik Bukan Sekadar karena Status PTNBH, Pengamat: Tanggung Jawab Pemerintah Memang Minim

UKT Naik Bukan Sekadar karena Status PTNBH, Pengamat: Tanggung Jawab Pemerintah Memang Minim

Nasional
Di APEC, Mendag Zulhas Ajak Jepang Perkuat Industri Mobil Listrik di Indonesia

Di APEC, Mendag Zulhas Ajak Jepang Perkuat Industri Mobil Listrik di Indonesia

Nasional
Biaya UKT Naik, Pengamat Singgung Bantuan Pendidikan Tinggi Lebih Kecil dari Bansos

Biaya UKT Naik, Pengamat Singgung Bantuan Pendidikan Tinggi Lebih Kecil dari Bansos

Nasional
Penuhi Kebutuhan Daging Sapi Nasional, Mendag Zulhas Dorong Kerja Sama dengan Selandia Baru

Penuhi Kebutuhan Daging Sapi Nasional, Mendag Zulhas Dorong Kerja Sama dengan Selandia Baru

Nasional
UKT Naik, Pengamat: Jangan Sampai Mahasiswa Demo di Mana-mana, Pemerintah Diam Saja

UKT Naik, Pengamat: Jangan Sampai Mahasiswa Demo di Mana-mana, Pemerintah Diam Saja

Nasional
Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

Nasional
Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

Nasional
Anies Mau Istirahat Usai Pilpres, Refly Harun: Masak Pemimpin Perubahan Rehat

Anies Mau Istirahat Usai Pilpres, Refly Harun: Masak Pemimpin Perubahan Rehat

Nasional
Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com