Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merindu Pemilu Ketika Indonesia Dihormati Dunia...

Kompas.com - 09/04/2014, 07:32 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

KOMPAS.com -- Lima tahun lalu, setiap kali menyambangi salah satu bangunan di bagian timur Komisi Pemilihan Umum, di bilangan Jalan Imam Bonjol, Jakarta, sesekali mata saya otomatis mengarah pada sebuah pigura. Biasa saja pigura itu, berukuran sekitar 40 x 70 sentimeter.

Di balik kaca pigura, selembar kertas dengan dominasi warna coklat, baris-baris panjang puisi tertera. "Ketika Indonesia Dihormati Dunia" adalah judul larik-larik puisi itu.

Puisi itu ditulis Taufiq Ismail, lalu dibacakan dalam deklarasi bersama Pemilu Damai menjelang pelaksanaan Pemilu 2004. Sesudahnya, puisi itu terpajang dalam pigura biasa tersebut di ruang Media Center KPU, setidaknya sampai akhir semua tahapan Pemilu 2009.

Entah mengapa, berkali-kali saya menatap pigura biasa ini tetap tak bosan. Terbayang rasanya mengalami masa ketika seluruh mata dunia menatap Indonesia dengan penuh penghormatan. Bukan karena kekayaan alam, bukan karena temuan teknologi paling mutakhir, melainkan karena pemilu yang sangat demokratis.

Sesudahnya, memang hanya menyisakan sebuah tanya menggantung. Apakah rasa itu akan bisa datang lagi membuncah di dada, menggairahkan pemikiran-pemikiran terbaik anak bangsa, memunculkan orang-orang terbaik dengan kinerja, visi, etos, langkah yang benar-benar mendatangkan penghormatan dunia?

Meski mungkin sekarang tak lagi ada banyak daerah diwarnai pemilu berdarah-darah seperti yang terpotret juga di puisi ini, tetapi sogok-menyogok dan aroma saling tak percaya mengental di langit Nusantara. Tak hanya selama pemilu, tetapi atas segala hal yang berbau politik di negeri ini.

Seolah, politik adalah bagian lain dari bumi Indonesia, yang hanya orang dengan kriteria tertentu yang perlu menjamahnya. Tak ada lagi cerita tentang pidato politik menggelora seorang pemuda umur 20-an, semacam "Indonesia Menggugat".

Tak lahir lagi ungkapan-ungkapan "kemerdekaan adalah jembatan emas" dengan tugas dan amanat yang harus diwujudkan sesudah jembatan tersebut diseberangi. Politik pada hari ini, seolah hanya adu retorika, saling cerca, janji yang pasti tak akan terpenuhi, dan yang jelas: busuk.

Orang baik, jangan lupakan sejarah

Barangkali ini hanya semacam kerinduan dari generasi yang tak pernah melihat langsung rasanya mendapat penghargaan dunia atas proses demokrasi di negara yang sampai abad 21 ini masih saja masuk kategori negara berkembang. Mungkin ini hanya upaya patah-patah untuk belajar mengunyah ajaran "jangan pernah lupakan sejarah" dari Bapak Pendiri Bangsa, Soekarno.

Bisa jadi pula, menyitir ungkapan yang sering kali dilontarkan Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, sekadar harapan masih ada orang-orang baik yang tolong-menolong untuk mewujudkan kebaikan dan memunculkan orang-orang baik sebagai pemimpin. Atau mungkin dalam bahasa saya, sekadar menghibur hati sendiri, selama masih ada orang-orang baik yang konsisten berbuat baik maka harapan baik akan selalu ada.

Ini adalah larik-larik puisi tersebut:

Ketika Indonesia Dihormati Dunia
-Taufiq Ismail-

Dengan rasa rindu kukenang pemilihan umum setengah abad yang lewat
Dengan rasa kangen pemilihan umum pertama itu kucatat
Peristiwa itu berlangsung tepatnya di tahun lima puluh lima
Ketika itu sebagai bangsa kita baru sepuluh tahun merdeka
Itulah pemilihan umum yang paling indah dalam sejarah bangsa
Pemilihan umum pertama, yang sangat bersih dalam sejarah kita

Waktu itu tak dikenal singkatan jurdil, istilah jujur dan adil
Jujur dan adil tak diucapkan, jujur dan adil cuma dilaksanakan
Waktu itu tak dikenal istilah pesta demokrasi
Pesta demokrasi tak dilisankan, pesta demokrasi cuma dilangsungkan
Pesta yang bermakna kegembiraan bersama
Demokrasi yang berarti menghargai pendapat berbeda

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Nasional
BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Nasional
Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Nasional
Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Nasional
PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

Nasional
Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Nasional
Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Nasional
 Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Nasional
PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

Nasional
Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Nasional
Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Nasional
Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Soal Gagasan Penambahan Kementerian, 3 Kementerian Koordinator Disebut Cukup

Nasional
 Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Belum Diatur Konstitusi, Wilayah Kedaulatan Udara Indonesia Dinilai Masih Lemah,

Nasional
PAN Setia Beri Dukungan Selama 15 Tahun, Prabowo: Kesetiaan Dibalas dengan Kesetiaan

PAN Setia Beri Dukungan Selama 15 Tahun, Prabowo: Kesetiaan Dibalas dengan Kesetiaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com