Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Sindiran Prabowo Merugikan Diri Sendiri

Kompas.com - 30/03/2014, 13:14 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Pakar Komunikasi Politik Heri Budianto menilai serangan yang dilakukan bakal calon presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto akan menjadi bumerang bagi Prabowo sendiri. Serangan tersebut dinilainya malah akan menguntungan pihak yang diserang.

“Saya melihatnya justru ketika dilakukan sindiran-sindiran kepada pihak lain, dalam hal ini misalnya Jokowi, justru akan merugikan Prabowo sendiri. Karena dalam politik kita, terkait opini publik, orang-orang yang disindir, disasar statement dari elite tertentu biasanya akan menimbulkan simpati publik pada elite yang disindir,” ujar Heri saat dihubungi, Minggu (30/3/2014).

Heri mengatakan, saling serang merupakan hal yang umum terjadi dalam politik menjelang pemilu. Namun, jika dijadikan sebagai strategi komunikasi politik, serangan itu justru akan menjadi bumerang. Pasalnya, ada persepsi dalam masyarakat terhadap orang yang disakiti. Pihak yang disakiti akan mendapat simpati yang besar dari publik.

Meskipun serangan yang disampaikan Prabowo merupakan fakta, kata Heri, tetapi langkah itu keliru. Misalnya, saat Prabowo menyinggung Perjanjian Batu Tulis antara Partai Gerindra dan PDI Perjuangan pada pemilu 2009.

“Sebenarnya dia mengungkap fakta bahwa pernah ada perjanjian seperti ini. Itu bukan dalam konteks menyerang, tapi mengungkapkan fakta. Itu yang menarik dalam politik kita ini,” kata Heri.

Begitu pula dengan pernyataan jangan memilih pemimpin pembohong. Heri mengatakan, sentilan tersebut multitafsir lantaran Prabowo tidak menyebutkan siapa yang dianggap pembohong.

“Enggak ditujukan ke satu pihak saja, multitafsir, ya. Artinya mungkin saja orang-orang tersinggung itu orang yang merasa. Banyak orang menafsirkan ditujukan pada PDI-P, tapi kan tidak secara langsung ditujukan pada PDI-P atau Jokowi,” ujar Heri.

Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, tidak ada masalah dalam gaya kampaye Prabowo. Pasalnya, Prabowo tidak menyebut nama, lembaga, dan partai. Menurutnya, kampanye Prabowo tidak akan menurunkan elektabilitas Gerindra menjelang pemilu legislatif. Justru sebaliknya, kata dia, Gerindra bakal memenangi Pileg.

Fadli menilai, gaya Prabowo memiliki kesamaan dengan Presiden Pertama Indonesia Soekarno. Menurutnya, ekspresi Prabowo yang berapi-api merupakan hal yang wajar, sama seperti gaya Bung Karno saat berpidato.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yakin Tak Ditinggal Partai Setelah Usung Anies-Sohibul, PKS: Siapa yang Elektabilitasnya Paling Tinggi?

Yakin Tak Ditinggal Partai Setelah Usung Anies-Sohibul, PKS: Siapa yang Elektabilitasnya Paling Tinggi?

Nasional
PKS Ungkap Surya Paloh Berikan Sinyal Dukungan Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta

PKS Ungkap Surya Paloh Berikan Sinyal Dukungan Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta

Nasional
Soal Jokowi Tawarkan Kaesang ke Parpol, Sekjen PDI-P: Replikasi Pilpres

Soal Jokowi Tawarkan Kaesang ke Parpol, Sekjen PDI-P: Replikasi Pilpres

Nasional
KPK Segera Buka Data Caleg Tak Patuh Lapor Harta Kekayaan

KPK Segera Buka Data Caleg Tak Patuh Lapor Harta Kekayaan

Nasional
KPK Kembali Minta Bantuan Masyarakat soal Buronan Harun Masiku

KPK Kembali Minta Bantuan Masyarakat soal Buronan Harun Masiku

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Bantah Hasto Menghilang | Kominfo Tak Respons Permintaan 'Back Up' Data Imigrasi

[POPULER NASIONAL] PDI-P Bantah Hasto Menghilang | Kominfo Tak Respons Permintaan "Back Up" Data Imigrasi

Nasional
Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 2 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Anggota DPR: PDN Itu Seperti Brankas Berisi Emas dan Berlian, Obyek Vital

Nasional
Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Kuasa Hukum Sebut Staf Hasto Minta Perlindungan ke LPSK karena Merasa Dijebak KPK

Nasional
Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Kuasa Hukum Bantah Hasto Menghilang Setelah Diperiksa KPK

Nasional
Pejabat Pemerintah Dinilai Tak 'Gentle' Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Pejabat Pemerintah Dinilai Tak "Gentle" Tanggung Jawab Setelah PDN Diretas

Nasional
Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar 'Fun Run' hingga Konser di GBK Minggu Besok

Tutup Bulan Bung Karno, PDI-P Gelar "Fun Run" hingga Konser di GBK Minggu Besok

Nasional
Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Beri Sinyal Poros Ketiga di Pilkada Jakarta, PDI-P: Kami Poros Rakyat

Nasional
Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Kasus Ahli Waris Krama Yudha Jadi Momentum Reformasi Hukum Kepailitan dan PKPU di Indonesia

Nasional
Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Gaspol! Hari Ini: Di Balik Layar Pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com