Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Momentum Politik Jokowi?

Kompas.com - 17/03/2014, 06:56 WIB

Dalam konteks itulah ”teori” Benjamin Barber relevan. Dalam buku If Mayors Ruled the World (2014), Barber menegaskan bahwa presiden, perdana menteri, atau siapa pun pemimpin politik berskala negara-bangsa sulit membuktikan diri sebagai pemimpin atau penguasa sesungguhnya. Sebab, mereka mengurus unit kekuasaan terlalu besar dan tak bersentuhan langsung dengan persoalan warga sehari-hari. Jejak kepemimpinannya tak bisa dilihat secara langsung dan tegas.

Alih-alih para wali kota (dalam konteks Indonesia, termasuk bupati)-lah yang berkesempatan membuktikan kepemimpinan mereka secara serta merta dan benderang. Mereka dituntut jadi pembuka jalan keluar. Karena itu, menurut Barber, mereka potensial bersinar dan diberi kesempatan menjadi ”pengendali dunia”.

Dalam posisi itulah kita temukan Tri Rismaharini, Ridwan Kamil, Abdullah Azwar Anas, Suyoto, dan sejumlah nama bupati dan wali kota lain. Dalam posisi itu pula Jokowi terletak dengan satu bonus tambahan: ia berada dalam konteks waktu yang menguntungkannya.

Pada saat Pilpres 9 Juli 2014, usia kepemimpinan Jokowi di Jakarta belum seumur jagung: 1 tahun 8 bulan 24 hari. Ia belum berada pada fase ”pembuktian”, melainkan fase ”harapan”. Usia kepemimpinannya yang pendek belum bisa dinilai secara layak. Maka, penilaian atasnya pun sesungguhnya lebih banyak berbasis ”harapan” dan belum ”pembuktian”.

Ketika Jokowi benar-benar tampil sebagai salah satu kandidat presiden dalam Pilpres 2014, ia amat diuntungkan karena tak ditimbang sebagai pemimpin yang sudah benar-benar terbuktikan hasil kerja nyatanya, melainkan tampil sebagai ”jawaban atas harapan publik”. Walhasil, momentum politik serta posisi dan waktu seperti bersekutu untuk memberi keuntungan bagi Jokowi. Inilah rasionalisasi dari ”teori garis tangan” yang kerap dipakai untuk menjelaskan kenaikan elektabilitas Jokowi belakangan ini.

Generasi baru

Jawaban berikutnya berkait dengan peralihan generasi politisi Indonesia. Pemilu 2014 adalah pemilu terakhir bagi ”generasi pertama politisi Reformasi”, yakni mereka yang mengambil alih kendali kekuasaan pada akhir 1990-an. Sejumlah tokoh generasi ini masih kerap disebut dalam bursa bakal kandidat, di antaranya Megawati Soekarnoputri, M Jusuf Kalla, Prabowo Subianto, dan Aburizal Bakrie.

Publik tampaknya merasa sudah memberi kesempatan yang cukup—lebih dari satu setengah dekade—kepada mereka untuk mengikuti kontestasi politik nasional dan menduduki pos-pos strategis pemerintahan. Sekarang tumbuh keinginan memiliki pemimpin dari generasi baru. Postur politik Jokowi pun jadi menonjol karena datang dari generasi baru ini.

Tapi, akankah Pemilu 2014 menandai alih generasi secara tuntas dan tegas? Boleh jadi jawabannya belum tentu. Perjalanan menuju Pilpres 2014 masih cukup panjang. Perkembangan politik masih akan berlangsung secara dinamis.

EEP SAEFULLOH FATAH, Pendiri dan Pemimpin PolMark Indonesia Inc, Pusat Riset dan Konsultasi Political Marketing

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Nasional
Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

Nasional
Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

Nasional
Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

Nasional
Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

[POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com