Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fitra: KPK "Zig-zag" Khusus Usut Century karena Korupsinya Berjemaah

Kompas.com - 08/03/2014, 13:20 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Koordinator Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Ucok Sky Khadafi menilai, ada korupsi berjemaah dari kasus Bank Century. Pasalnya, kata Ucok, Komisi pemberantasan korupsi (KPK) cukup alot didalam menangani berkas perkara Century ini.

"Saya kira KPK menerapkan sistem zig-zag khusus kasus Century. Karena yang saya lihat di sini kasusnya itu korupsi berjemaah," kata Ucok dalam dialog di Jakarta, Sabtu (8/3/2014).

Ucok mengatakan, strategi KPK yang menerapkan sistem zig-zag tersebut merupakan strategi khusus yang sengaja diterapkan. Dengan begitu, KPK bisa mengurut siapa-siapa saja pelaku yang terlibat dalam kasus yang sudah mencuat sejak 2005 ini.

Terdawa Budi Mulya, lanjut Ucok, adalah aktor awal dalam kasus ini. Persidangan Budi di Pengadilan Tipikor diharapkan menjadi pintu masuk untuk aktor-aktor lainnya.

"KPK makanya tidak langsung menembak siapa lagi tersangkanya, tetapi KPK memang mencoba untuk menargetkan dari para deputi yang lemah dulu seperti Budi Mulya," ujarnya.

"Budi Mulya itu akan menjadi jembatan untuk target-target yang lain. Kenapa Sri Mulyani tidak disebut? Karena Sri Mulyani sangat dimanjakan, padahal dia salah satu yang bertanggung jawab dengan bukti dan datanya. Saya lihat Sri sengaja dijadikan tameng oleh KPK nantinya untuk menangkap target besarnya," pungkas Ucok.

Seperti diberitakan, dalam surat dakwaan terhadap Budi Mulya selaku Deputi Gubernur Bank Indonesia, nama semua anggota Dewan Gubernur BI yang saat itu menjabat disebut. Wakil Presiden Boediono yang saat itu menjabat Gubernur BI pun disebut hingga 67 kali.

Budi Mulya bersama Boediono selaku Gubernur BI, Miranda Goeltom selaku Deputi Gubernur Senior BI, Siti Fadjrijah selaku Deputi Gubernur BI, dan Budi Rochadi selaku Deputi Gubernur BI terlibat dalam pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP).

Sementara itu, Hartadi Sarwono selaku Deputi Gubernur BI, Muliaman Hadad selaku Deputi Gubernur BI, dan Ardhayadi Mitroatmodjo selaku Deputi Gubernur BI dianggap bersama-sama Budi Mulya terlibat dalam penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik.

Staf Khusus Presiden Bidang Informasi Heru Lelono menyatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan kepada aparat hukum untuk bekerja secara profesional. Heru juga mengingatkan, bisa saja nama Boediono tertulis di dalam dakwaan. Namun, hal itu tidak boleh diartikan langsung seolah Boediono terlibat atau bersalah. Sebuah kebijakan tidak boleh langsung dianggap kejahatan kecuali di dalam pelaksanaannya ada pihak yang menyelewengkan kebijakan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Belum Lirik Sandiaga, PKB Masih Prioritaskan Marzuki Mustamar untuk Pilkada Jatim

Belum Lirik Sandiaga, PKB Masih Prioritaskan Marzuki Mustamar untuk Pilkada Jatim

Nasional
Menkes Sebut Dokter Asing Didatangkan untuk Selamatkan Bayi Kelainan Jantung

Menkes Sebut Dokter Asing Didatangkan untuk Selamatkan Bayi Kelainan Jantung

Nasional
MKD Sebut Perputaran Dana Dugaan Judi Online di DPR Capai Rp 1,9 Miiar

MKD Sebut Perputaran Dana Dugaan Judi Online di DPR Capai Rp 1,9 Miiar

Nasional
DPR Desak Kapolri Buka Lagi Kasus Afif yang Tewas Diduga Dianiaya Polisi

DPR Desak Kapolri Buka Lagi Kasus Afif yang Tewas Diduga Dianiaya Polisi

Nasional
Bantah KPK, Kejagung: Kami Terbuka Jalankan Fungsi Koordinasi dan Supervisi

Bantah KPK, Kejagung: Kami Terbuka Jalankan Fungsi Koordinasi dan Supervisi

Nasional
Soal Revisi UU Polri, Pengawasan Eksternal Harusnya Ditingkatkan lewat Dewan Kepolisian Nasional

Soal Revisi UU Polri, Pengawasan Eksternal Harusnya Ditingkatkan lewat Dewan Kepolisian Nasional

Nasional
Jokowi, Luhut Hingga Sri Mulyani Bahas Aturan IUPK Batu Bara, Pajaknya Bakal Naik?

Jokowi, Luhut Hingga Sri Mulyani Bahas Aturan IUPK Batu Bara, Pajaknya Bakal Naik?

Nasional
Menkes Akui Harga Obat di Indonesia Lebih Mahal Dibanding Malaysia, Inefisiensi Penyebabnya

Menkes Akui Harga Obat di Indonesia Lebih Mahal Dibanding Malaysia, Inefisiensi Penyebabnya

Nasional
Redupnya Politik Buruh di Panggung Elektoral

Redupnya Politik Buruh di Panggung Elektoral

Nasional
DPR Undang Para Eks Mendikbud Bahas Biaya Pendidikan, Anies Tak Hadir

DPR Undang Para Eks Mendikbud Bahas Biaya Pendidikan, Anies Tak Hadir

Nasional
Kapolri: Pengawas Eksternal Juga Monitor Penanganan Kasus Dugaan Penganiayaan AM di Padang

Kapolri: Pengawas Eksternal Juga Monitor Penanganan Kasus Dugaan Penganiayaan AM di Padang

Nasional
Modal 'Hattrick' Menang Pemilu, PDI-P Klaim Paling Siap Hadapi Pilkada

Modal "Hattrick" Menang Pemilu, PDI-P Klaim Paling Siap Hadapi Pilkada

Nasional
60 Orang yang Bekerja di DPR Terindikasi Main Judi Online, 2 di Antaranya Anggota DPR

60 Orang yang Bekerja di DPR Terindikasi Main Judi Online, 2 di Antaranya Anggota DPR

Nasional
Berkaca Perang Rusia-Ukraina, Indonesia Kembangkan Alat Tangkal Serangan Siber lewat Udara

Berkaca Perang Rusia-Ukraina, Indonesia Kembangkan Alat Tangkal Serangan Siber lewat Udara

Nasional
'Polri Harus Kembali ke Jati Diri sebagai Alat Negara yang Menjaga Jarak dengan Kepentingan Politik'

"Polri Harus Kembali ke Jati Diri sebagai Alat Negara yang Menjaga Jarak dengan Kepentingan Politik"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com