Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, Mbah Rono Meluruskan Istilah "Lahar Dingin" Lewat Facebook

Kompas.com - 19/02/2014, 11:20 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Setiap kali ada gunung meletus, salah satu istilah yang kemudian kerap muncul di pemberitaan adalah "lahar dingin". Tak terkecuali saat Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Malang, Kediri, dan Blitar, di Jawa Timur meletus pada Kamis (13/2/2014).

Ternyata, istilah yang terasa familiar itu salah kaprah. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono sampai merasa perlu membuat status khusus soal salah kaprah istilah itu dalam laman pribadi Facebook-nya, Selasa (18/2/2014) malam.

Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi yang pada 2007 memantau langsung geliat Gunung Kelud ini menegaskan, hanya ada istilah "lahar letusan" dan "lahar hujan" dalam "kamus" letusan gunung. Dia pun menulis:

"...
Ijin berbagi info, "lahar" yg merupakan asal Indonesia telah diadopsi secara internasional. Ahli2 gunungapi dunia telah menggunakan "lahar" dalam makalah2 ilmiah. Lahar adalah sdh diadopsi scr internasional. 

Masa kita yg melahirkan kata "lahar" tdk mengetahui "lahar letusan" dan "lahar hujan". Mungkinkah kita yg menciptakan kata lahar scr internasional tdk dpt bedakan "lahar hujan" dan "lahar letusan"? Semua bergantung pada kita sbg sumber asal kata lahar sbg istilah internasional.

..."

Definisi "lahar letusan" dan "lahar hujan" ini menyisip pula dalam tuturan Ekspedisi Cincin Api Kompas, edisi Kelud Revolusi Gunung Api, 2011. Secara sederhana, lahar letusan adalah material vulkanik yang dilontarkan saat gunung meletus. Adapun lahar hujan adalah lahar letusan yang menumpuk di sekitar kawah gunung yang kemudian dialirkan oleh hujan.

Beberapa jam sebelum teguran soal asal kata "lahar" tersebut, Surono juga mengunggah di laman Facebook-nya itu soal definisi dari lahar hujan dan lahar letusan.

Menurut Surono, lahar letusan adalah lahar hasil letusan gunung api yang menyemburkan air dalam kawahnya, bercampur dengan abu, kerikil, batu, dan material lain. Lahar letusan terjadi saat gunung api yang memiliki danau kawah meletus. "Lahar letusan pasti panas," tulis dia.

Sementara itu, lanjut Surono, lahar hujan adalah lahar yang disebabkan oleh bercampurnya air hujan dengan material letusan berupa batu, abu, dan material lainnya, yang kemudian bergerak mengikuti alur lembah atau sungai yang berhulu di gunung itu.

Surono mengatakan, lahar hujan bisa panas ketika material yang mengalir bersamanya berasal dari awan panas. Bisa juga, kata dia, lahar hujan dingin ketika tak ada material dari awan panas. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com