Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Kelud, Catatan Panjang Siasat Hidup di Antara Ancaman dan Berkah Letusan

Kompas.com - 19/02/2014, 07:06 WIB
Ahmad Arif

Penulis

Semakin banyak gunung api aktifnya, kian padat penduduknya. Dengan teori ini, dia menjelaskan soal kepadatan penduduk di Pulau Jawa dibandingkan pulau lain di Nusantara.

Tanah-tanah tersubur di Jawa berada di dekat gunung yang tanahnya tertutup abu letusan muda. Utamanya di lembah gunung yang berlimpah air dan cahaya matahari sehingga sangat cocok untuk membudidayakan tanaman.

Mitigasi bencana

Gunung api di Indonesia tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Tak terkecuali Kelud. Maka, yang harus dilakukan kini adalah bagaimana melakukan adaptasi untuk hidup bersama Kelud, karena gunung ini  rutin meletus. Letusannya pun eksplosif dan mematikan.

Pemetaan kepurbakalaan di Kediri oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional bersama Universitas Gadjah Mada pada 1987 menyimpulkan, Kerajaan Kadiri (Panjalu) sering terganggu letusan Gunung Kelud. Selain dampak langsung dari letusan, Kerajaan Kadiri juga terdampak dari banjir lahar Kelud yang dibawa Sungai Brantas.

Kesimpulan itu dibuat setelah tim yang didukung Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan tersebut menyurvei lima situs di sekitar Kediri. Kelima situs itu adalah Lirboyo, Botolengket, Totok Kerot, Sebanen, dan Semen.

Di kawasan ini, peneliti menemukan tembikar, keramik, pecahan genteng dan terakota, serta bekas bangunan lama yang terkubur endapan material gunung api berupa abu, pasir, dan kerikil. Jejak mematikan dari Kelud tercatat saat gunung ini meletus pada 1919 yang  menewaskan 5.110 orang.

Pada 1586, letusan Kelud bahkan disebut menewaskan tak kurang dari 10.000 jiwa. Berikutnya, Kelud yang meletus pada 1951, 1966, dan 1990 selalu menyebabkan jatuhnya korban jiwa walaupun tak sebanyak pada 1919 atau 1586.

Di masa lalu, sebagian besar korban jiwa di Kelud jatuh karena tersapu lahar letusan. Kawah Gunung Kelud yang terisi air menyebabkan letusan dari magma memuncratkan air dan menyapu desa-desa di sepanjang aliran sungai yang berhulu di kawah ini.

Letusan Gunung Kelud pada Kamis (13/2/2014) tak lagi demikian. Lahar letusan tak terjadi karena sejak 2007 danau kawah Kelud telah menghilang, berganti dengan munculnya kubah lava.

Namun, bahaya Kelud kali ini tetap tidak hanya berasal dari letusan primernya. Banjir lahar hujan tetap merupakan ancaman, dari banyaknya batuan  vulkanik yang dikeluarkan gunung ini saat meletus.

"Saat ini Kelud  kembali ke karakter lamanya yang eksplosif," kata geolog dari Badan Geologi, Indro Pratomo. "Namun, letusannya ke depan masih sulit diramalkan."

Bagaimana antisipasi bahaya Kelud ke depannya, menurut Indyo, harus didahului dengan riset-riset terpadu dan mendalam. Inilah tantangan di antara berkah dan bahaya letusan Kelud.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

Nasional
Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Nasional
MUI Keberatan Wacana Penjudi Online Diberi Bansos

MUI Keberatan Wacana Penjudi Online Diberi Bansos

Nasional
[POPULER NASIONAL] Menkopolhukam Pimpin Satgas Judi Online | PDI-P Minta KPK 'Gentle'

[POPULER NASIONAL] Menkopolhukam Pimpin Satgas Judi Online | PDI-P Minta KPK "Gentle"

Nasional
Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Nasional
Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Nasional
BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

Nasional
Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Nasional
PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

Nasional
Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Nasional
Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Nasional
Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Nasional
Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Nasional
Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com