Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Dekat Megawati Dikhawatirkan Hancurkan PDI-P

Kompas.com - 17/02/2014, 17:50 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com —
Ketua DPP PDI Perjuangan Komaruddin Watubun mengaku khawatir atas sikap orang-orang di sekitar Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang memberi masukan subyektif kepada Megawati dalam menetapkan calon presiden 2014. Ia berharap tak ada lagi pihak yang membuat Megawati berada di posisi terjepit dalam mengambil keputusan untuk memenangkan Pemilu 2014.

Komarudin mengaku sering mendampingi Megawati sejak sekitar 20 tahun lalu. Dalam kurun waktu tersebut, secara pribadi, ia selalu berusaha mengajak seluruh pengurus partai untuk memberi masukan obyektif kepada Megawati.

"Saya sampaikan pada teman-teman dekat untuk beri pandangan obyektif pada Bu Mega. Jangan benturkan Ibu Mega dengan pilihan. Politik biasanya hancur oleh orang-orang terdekat karena selalu bicara yang baik-baik," kata Komarudin, saat dihubungi, Senin (17/2/2014).

Meski demikian, Komarudin meyakini Megawati tak akan salah dalam mengambil keputusan dalam pemilu kali ini. Khususnya saat menentukan figur yang akan diusung menjadi calon presiden. Pasalnya, Megawati telah memiliki banyak pengalaman, termasuk pengalaman saat kalah di Pemilu 2004.

"Teman baik akan memberikan pandangan obyektif meski itu pahit. Dalam keadaan tertentu, Bu Mega bisa mendengar pendapat orang, tapi dalam hal lainnya Bu Mega punya keyakinan yang tidak bisa disentuh oleh siapa pun," katanya.

Komarudin menambahkan, dukungan publik untuk PDI Perjuangan akan signifikan dalam pileg jika partainya menetapkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon presiden. Keyakinannya itu berdasarkan aspirasi dari masyarakat di daerah pemilihannya di Papua.

Meski demikian, ia sadar wajib mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan partai. Keputusan penetapan calon presiden mutlak menjadi wewenang Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDI Perjuangan.

Seperti diberitakan, elektabilitas Jokowi sebagai capres selalu teratas berdasarkan hasil survei berbagai lembaga survei, relatif jauh di atas elektabilitas Megawati. Namun, Jokowi tak pernah mau berkomentar mengenai pencapresan dengan alasan fokus pada pekerjaan sebagai gubernur.

PDI-P mengaku memasukkan Jokowi dalam skenario menghadapi Pilpres 2014. Skenario pertama, jika mereka berhasil melewati ambang batas pencalonan presiden-wakil presiden, maka sudah ada dua nama di internal yang akan dipasangkan sebagai capres dan cawapres, yakni Megawati Soekarnoputri dan Jokowi.

Skenario kedua, jika suara PDI-P di Pemilu Legislatif 2014 tidak cukup untuk mengusung pasangan capres-cawapres sendiri, maka Jokowi akan dipasangkan dengan cawapres dari partai koalisi. Karena itu, PDI-P baru akan memutuskan pencapresan setelah pileg.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua KPU Protes Aduan Asusila Jadi Konsumsi Publik, Ungkit Konsekuensi Hukum

Ketua KPU Protes Aduan Asusila Jadi Konsumsi Publik, Ungkit Konsekuensi Hukum

Nasional
Sindir Bobby, PDI-P: Ada yang Gabung Partai karena Idealisme, Ada karena Kepentingan Praktis Kekuasaan

Sindir Bobby, PDI-P: Ada yang Gabung Partai karena Idealisme, Ada karena Kepentingan Praktis Kekuasaan

Nasional
Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi, Kilas Balik 'Cicak Vs Buaya Jilid 2'

Eks Kakorlantas Polri Djoko Susilo Ajukan PK Lagi, Kilas Balik "Cicak Vs Buaya Jilid 2"

Nasional
JK Singgung IKN, Proyek Tiba-tiba yang Tak Ada di Janji Kampanye Jokowi

JK Singgung IKN, Proyek Tiba-tiba yang Tak Ada di Janji Kampanye Jokowi

Nasional
Soal Peluang Ahok Maju Pilkada DKI atau Sumut, Sekjen PDI-P: Belum Dibahas, tetapi Kepemimpinannya Diakui

Soal Peluang Ahok Maju Pilkada DKI atau Sumut, Sekjen PDI-P: Belum Dibahas, tetapi Kepemimpinannya Diakui

Nasional
Dukung Jokowi Gabung Parpol, Projo: Terlalu Muda untuk Pensiun ...

Dukung Jokowi Gabung Parpol, Projo: Terlalu Muda untuk Pensiun ...

Nasional
PT Telkom Sebut Dugaan Korupsi yang Diusut KPK Berawal dari Audit Internal Perusahaan

PT Telkom Sebut Dugaan Korupsi yang Diusut KPK Berawal dari Audit Internal Perusahaan

Nasional
Solusi Wapres Atasi Kuliah Mahal: Ditanggung Pemerintah, Mahasiswa dan Kampus

Solusi Wapres Atasi Kuliah Mahal: Ditanggung Pemerintah, Mahasiswa dan Kampus

Nasional
Ketua KPU Bantah Dugaan Asusila dengan Anggota PPLN

Ketua KPU Bantah Dugaan Asusila dengan Anggota PPLN

Nasional
Soal Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, Sekjen PDI-P: DPP Dengarkan Harapan Rakyat

Soal Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, Sekjen PDI-P: DPP Dengarkan Harapan Rakyat

Nasional
DPR Pastikan Hasil Pertemuan Parlemen di WWF Ke-10 Akan Disampaikan ke IPU

DPR Pastikan Hasil Pertemuan Parlemen di WWF Ke-10 Akan Disampaikan ke IPU

Nasional
Komisi II Pertimbangkan Bentuk Panja untuk Evaluasi Gaya Hidup dan Dugaan Asusila di KPU

Komisi II Pertimbangkan Bentuk Panja untuk Evaluasi Gaya Hidup dan Dugaan Asusila di KPU

Nasional
Djoko Susilo PK Lagi, Ketua KPK Singgung Kepastian Hukum

Djoko Susilo PK Lagi, Ketua KPK Singgung Kepastian Hukum

Nasional
KPK Geledah Kantor PT Telkom dan 6 Rumah, Amankan Dokumen dan Alat Elektronik

KPK Geledah Kantor PT Telkom dan 6 Rumah, Amankan Dokumen dan Alat Elektronik

Nasional
Pembukaan Rakernas Ke-5 PDI-P Akan Diikuti 4.858 Peserta

Pembukaan Rakernas Ke-5 PDI-P Akan Diikuti 4.858 Peserta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com