Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ninik Masina, Generasi Kelima Penjaga Filosofi Batik Trusmi

Kompas.com - 01/08/2013, 07:35 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com — Karya seni tidak bisa diukur dengan lembaran rupiah. Seorang seniman tak akan berlaku seperti pedagang. Prinsip itu terus bergelora di hati Ninik Masruni Masina, generasi kelima batik Trusmi, Cirebon, Jawa Barat, yang juga pemilik batik bermerek "Ninik Ichsan".

Sebuah rumah luas di Trusmi Kulon, Plered, Cirebon, Jawa Barat, menjadi saksi bisu idealisme nenek usia 67 tahun tersebut. Didiami sejak generasi keempat keluarga pembatik ini, rumah dengan arsitektur yang terasa "jadul" tersebut merupakan tempat tinggal, galeri, sekaligus menjadi tempat untuk proses pembuatan batik.

Penampilan rumah tersebut berbeda dengan deretan galeri batik Cirebon, di kawasan Trusmi, yang hanya menjual batik, tetapi tidak membuat batik itu sendiri. Rata-rata galeri tersebut penuh warna dan terkesan modern.

"Ini rumah, bukan showroom," ujar Ninik lugas, saat berbincang dengan Kompas.com, di satu petang di akhir Juli 2013. Saat berbicara, tutur katanya tertata dan halus, namun tegas, tak bisa diganggu gugat. "Saya juga bukan pedagang, saya perajin batik. Kalau mau ke pedagang, ke sana saja," lanjutnya sambil menunjuk deretan galeri batik di sekitar rumahnya.

Ninik memang tak menyebut usahanya lebih tinggi dari pedagang batik Cirebon lain. Ia hanya bersikeras menyatakan bahwa dia adalah perajin batik, seniman batik, dan penjaga batik halus.
Ketegasan mengklasifikasikan dirinya sendiri itu jugalah yang membawa Ninik terbang ke banyak tempat. Karyanya sudah pernah dipamerkan di Jakarta, Bandung, hingga Hongkong.

Sejumlah pejabat negara, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, pernah memakai batik karyanya. Tak terhitung pesohor yang juga membeli batik yang dibuat di rumah bergaya jadul miliknya.

Menjual kualitas

Sebagai generasi kelima perajin batik trusmi, perempuan dengan empat anak dan tujuh cucu itu mengaku memegang teguh prinsip pendahulu. Batik yang baik, ujar dia menjelaskan prinsip itu, adalah batik yang ditulis dengan tangan.

"Dulu,saya mendapat pesan dari kedua orangtua, kalau mau bertahan di dunia batik (maka) kerjakan batik halus," lanjut Ninik, menirukan pesan orangtuanya yang meninggal di tahun 2000-an.

Berbekal pesan tersebut, 5 dari 8 bersaudara, termasuk Ninik, memutuskan menekuni batik trusmi, meneruskan jejak kedua orang tua mereka. Kalimat sakral dan rasa cinta mendalam pada hasil karya kampung halaman menjadi bekal mereka mengambil keputusan tersebut. Namun, hanya Ninik yang memilih menekuni batik halus.

Ketika ditanya soal harga karyanya, Ninik terlebih dahulu tersenyum sebelum menjawab. "Di sini kami jual kualitas, ada yang paling halus Rp 25 juta," ujarnya. Demi memenuhi pangsa pasar saja, Ninik juga menjual batik cap dengan kisaran harga Rp 40.000 hingga ratusan ribu rupiah.

Khusus batik halus, Ninik memberikan jaminan penukaran bila 10 atau 20 tahun mendatang batik tersebut luntur. Jika ada batik halus buatannya luntur, pembeli akan mendapat penukaran batik halus yang setara harganya dengan batik yang luntur itu. Prinsip tersebut dia pegang teguh sebagai tradisi yang dia jaga sampai usianya yang merangkak senja.

Jatuh bangun

Diakui Ninik, usaha yang dia jalankan tidak selalu berjalan mulus. Pukulan paling telak adalah saat Indonesia dihantam krisis moneter pada 1997-1998. Bunga pinjaman bank pada saat itu, sebut dia, membengkak sampai 62 persen. Rumah serbaguna-nya nyaris disita. "Istilahnya benar-benar jatuh ke dasar" ujar dia.

Beruntung, datang bantuan dari suami dan keempat anaknya. Bantuan tersebut menyelamatkan Ninik dari belitan utang hingga usahanya stabil sampai sekarang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com