Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK: Turunkan Budaya Konsumtif di Papua

Kompas.com - 16/07/2012, 10:03 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK mengatakan, masalah berkepanjangan di Papua bukan karena ketidakadilan pemerintah pusat. Masalah utama di Papua, menurut JK, karena tingginya budaya konsumtif dan rendahnya produktivitas warga Papua.

Hal itu dikatakan JK dalam acara Sarasehan Kebudayaan di Jakarta, Minggu (15/7/2012) malam. Selain JK, acara yang digelar Komunitas Anti Kekerasan Indonesia (KAKI) itu dihadiri tokoh lain, seperti Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Kepala Polda Metro Jaya Irjen Untung S Rajab, Wakil Ketua MPR Hadjriyanto Y Thohari, Yenny Wahid, Hendardi, Effendi Gazali, para tokoh agama dan tokoh masyarakat.

JK mengatakan, dari sisi politik, Papua telah diberikan kekuasan yang luar biasa dalam otonomi khusus. Warga Papua dapat maju dalam pemilihan kepala daerah di luar Papua. Di Papua, hanya warga asli Papua yang bisa menjadi gubernur Papua.

Dari sisi ekonomi, kata JK, anggaran dari pemerintah pusat ke Papua paling besar dibandingkan dengan daerah lain. JK memberi contoh anggaran pusat per kapita di Pulau Jawa maksimal Rp 2 juta per orang dan di Aceh Rp 6 juta per orang. Adapun anggaran perkapita di Papua mencapai Rp 11 juta per orang.

JK menolak penilaian berbagai pihak yang menyebut pemerintah pusat mengeruk kekayaan Papua. Pasalnya, kata JK, pemerintah malah menambah pendapatan Papua per tahun dari Rp 17 triliun menjadi Rp 31 triliun.

"Jadi, pusat menyubsidi Papua kurang lebih Rp 14 triliun per tahun. Jadi, jangan anggap tidak adil pusat ke Papua. Politik luar biasa dikasih kekuasaan, ekonomi luar biasa dikasih. Apa yang terjadi? Budaya konsumtif Papua terlalu tinggi dan budaya produktif terlalu rendah. Orang Papua merasa tidak sejahtera," kata JK.

"Teman-teman kita di Papua produktivitas rendah karena kebutuhannya sedikit. Dengan baju sederhana, makan sederhana cukup. Minta maaf, tiap awal bulan minumnya (minuman keras) banyak. Korupsinya juga tinggi di Papua," kata JK.

Ketidaksejahteraan itu, lanjut politisi senior Partai Golkar itu, mengakibatkan sebagian masyarakat Papua ingin merdeka. Di negara mana pun di dunia, kata dia, pasti berperang ketika ingin merdeka.

Penambahan anggaran berapa pun, menurutnya, tidak akan menyelesaiakan masalah di Papua. "Apa yang harus kita sama-sama bantu, bagaimana supaya Papua lebih produktif dan konsumtifnya diturunkan sehingga nilai tambah ekonomisnya lebih tinggi," tutur Ketua PMI itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

Nasional
Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

Nasional
Anies Mau Istirahat Usai Pilpres, Refly Harun: Masak Pemimpin Perubahan Rehat

Anies Mau Istirahat Usai Pilpres, Refly Harun: Masak Pemimpin Perubahan Rehat

Nasional
Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com