Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusli Zainal Dilaporkan ke KPK soal Korupsi Kehutanan

Kompas.com - 01/05/2012, 15:13 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Koalisi Antimafia Kehutanan mendorong Komisi Pemberantasan Korupsi menyelesaikan kasus-kasus dugaan korupsi kehutanan yang mandek. Perwakilan koalisi, Selasa (1/5/2012), menemui pimpinan KPK dan meminta agar lembaga penegakan hukum itu segera mengusut keterlibatan pihak-pihak yang belum diproses hukum.

Salah satu pihak yang dilaporkan koalisi ke pimpinan KPK tersebut adalah Gubernur Riau Rusli Zainal. "Terkait penindakan, ada enam kasus korupsi kehutanan yang penindakannya belum menyentuh aktor penting, seperti mantan Menteri Kehutanan MS Kaban dan Gubernur Riau Rusli Zainal, serta terkait korporasi yang menikmati penerbitan izin-izin yang diduga bermasalah," kata anggota Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (ICW), Emerson Yuntho, di Gedung KPK, Jakarta, Selasa.

ICW tergabung dalam Koalisi Antimafia Kehutanan bersama lembaga swadaya masyarakat lainnya, yakni Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Greenpeace, Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari), Silvagama.

Menurut hasil data yang dihimpun koalisi itu, pada 2004, Rusli menerbitkan 10 Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Bagan Kerja (BK) Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutam Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Dalam siaran persnya, koalisi menilai pengesahan dan penerbitan RKT tersebur bukanlah kewenangan Gubernur Riau, melainkan kewenangan Menteri Kehutanan.

Dugaan keterlibatan Rusli itu juga diungkapkan mantan Kepala Dinas Kehutanan Riau, Syuhada Tasman, saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, pada Januari 2012. Menurut Syuhada, yang juga terdakwa kasus korupsi penerbitan izin IUPHHK-HT, Rusli Zainal telah menyetujui dan mengesahkan enam RKT IUPHHK/HT di Riau.

"Dugaan perbuatan melawan hukum yang dilakukan Rusli dengan menerbitkan IUPHHK secara tidak sah itu sesungguhnya sama dengan yang dilakukan terpidana lainny,a seperti Teuku Azmun, Syuhada, dan Arwin AS," sebut koalisi. Dengan demikian, koalisi menilai sangat aneh jika Rusli tidak ikut ditetapkan sebagai tersangka.

Dalam kasus korupsi kehutanan IUPHHK-HT, Syuhada divonis lima tahun penjara, Teuku Azmun dihukum 11 tahun penjara, dan Arwin AS dikenai sanksi empat tahun penjara. Emerson menambahkan, KPK merespons baik dorongan koalisi untuk mengusut keterlibatan Rusli tersebut. KPK bisa saja mengonfirmasi sejumlah hal terkait kasus korupsi kehutanaan saat memeriksa Rusli hari ini. Hari ini Rusli diperiksa sebagai saksi terkait kasus dugaan suap PON di Riau.

"Kasus yang kita sampaikan dalam konteks penindakan, jadi bisa berlanjut terhadap nama-nama yang disebut, seperti Rusli Zainal. KPK kan tengah mengusut kasus PON, bisa dikembangkan melalui pemeriksaan kasus PON," ujar Emerson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

    PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

    Nasional
    Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

    Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

    BrandzView
    Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

    Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

    Nasional
    Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

    Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

    Nasional
    Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

    Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

    Nasional
    Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

    Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

    Nasional
    Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

    Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

    Nasional
    Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

    Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

    Nasional
    Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

    Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

    Nasional
    Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

    Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

    Nasional
    Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

    Jokowi Bakal Diberi Posisi Terhormat, PDI-P: Untuk Urusan Begitu, Golkar Paling Sigap

    Nasional
    PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

    PPP Jadi Partai yang Gugat Sengketa Pileg 2024 Terbanyak

    Nasional
    Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

    Wapres Doakan Timnas Indonesia Melaju ke Final Piala Asia U23

    Nasional
    Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

    Ada 297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Pengacara dari 8 Firma Hukum

    Nasional
    Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

    Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com