JAKARTA, KOMPAS.com — Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi 2011-2015 yang baru dilantik memiliki strategi tersendiri dalam memberantas tindak pidana korupsi. Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengungkapkan, hal yang akan mereka lakukan dalam waktu dekat adalah membangun kerja sama dan kepercayaan satu sama lain.
"Bagian utama yang akan kami lakukan, membangun team building, trust building, sekarang saja bajunya sama, putih semua, mirip sales," kata Bambang, seraya tertawa di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (16/12/2011).
Hal lainnya, menyusun prioritas penanganan kasus dalam satu tahun kepemimpinan. KPK akan berupaya memetakan potensi korupsi di lembaga penegakan hukum beserta modus operandinya. "Kalau kita mengetahui fokus masalah, maka akan lebih mudah," ujar Bambang.
Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas menambahkan, hal penting yang pertama-tama harus dilakukan pimpinan KPK baru adalah membangun kesamaan suasana batin satu sama lain dalam memberantas tindak pidana korupsi. Suasana batin dan komitmen yang sama akan menjadi modal utama dalam bekerja sama ke depan.
"Mementingkan membangun spirit, pemberantasan korupsi dengan model kepemimpinan kolektif kolegial. Periode pertama dan kedua telah mengukir sejarah, setahun yang lalu kami dapat banyak pelajaran, bimbingan dari Pak Bibit, Chandra, Jasin, Haryono, ternyata suasana batin dan komitmen yang sama jadi modal utama," kata Busyro, yang sebelumnya menjabat Ketua KPK itu.
Mulai pekan depan, lanjut Busyro, tugas-tugas yang diemban pimpinan KPK akan diterjemahkan dengan kebijakan-kebijakan yang lebih progresif, tetapi tetap berdasarkan pada kebijakan pimpinan periode lama. "Mengembangkan kualitas sinergi dengan lembaga negara, pemerintah, kampus, LSM, organisasi profesi," ucap Busyro.
Pimpinan KPK 2011-2015 yang terpilih akan dipimpin Abraham Samad. Selain Busyro, Bambang, dan Abraham, KPK akan dipimpin Zulkarnain dan Adnan Pandupraja. Jika dilihat latar belakang kelimanya, tidak ada yang berasal dari institusi perbankan atau pemeriksa keuangan. Namun, menurut Bambang, latar belakang mereka tidaklah penting. "Yang penting apa yang bisa dikontribusikan, bukan dari mana kami berasal," katanya.
"Karena kami tahu sebagian dari kami tidak menguasai perbankan, kami akan gunakan ahli-ahli yang ada di sini. Kalau tidak punya ahlinya, kami sewa," ujar Bambang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.