Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nazaruddin Juga Mafia Proyek di Kemenkes

Kompas.com - 08/07/2011, 05:27 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3I) mengemukakan, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin juga diduga terlibat sejumlah kasus mafia anggaran di Kementerian Kesehatan yang nilai kerugian negaranya ditaksir hingga ratusan miliar rupiah.

Direktur Eksekutif KP3I Tom Pasaribu di Jakarta, Kamis (7/7/2011), ada dua kasus mafia anggaran di Kemenkes yang juga melibatkan Nazaruddin, yakni pembangunan pabrik vaksin flu burung oleh PT Anugerah Nusantara (AN) senilai Rp 700 miliar dan pengadaan alat bantu belajar mengajar dokter/dokter spesialis di rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan oleh PT Mahkota Negara (MN) senilai Rp 492 miliar.

"Jadi, masalah suap Sesmenpora dalam pembangunan wisma atlet itu sebenarnya hanya kasus kecil karena sesungguhnya masih ada beberapa kasus kakap lain yang melibatkan Nazaruddin bersama orang-orangnya yang merugikan negara," papar Tom.

Dia mengemukakan, KP3I mempunyai banyak data terkait dugaan mafia anggaran, rekayasa, serta korupsi yang dilakukan Nazaruddin lewat berbagai perusahaannya. Semua data tersebut, lanjut Tom, sudah dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 16 Juni 2011 lalu.

Namun, jauh sebelum melapor ke KPK, pihaknya juga telah mengirimkan surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait laporan dugaan mafia anggaran dan korupsi di Kemenkes yang dilakukan Nazaruddin tersebut pada 7 Februari 2011. Lebih lanjut, Tom menjelaskan, pembangunan pabrik vaksin flu burung senilai Rp 700 miliar oleh PT AN milik Nazaruddin penuh dengan rekayasa, mulai dari pengalokasian anggaran di DPR hingga penunjukan langsung tanpa tender.

Demikian pula dengan kasus proyek pengadaan alat bantu belajar mengajar dokter/dokter spesialis pada RS pendidikan dan RS rujukan. Tom mengatakan bahwa tidak mungkin satu perusahaan kecil yang tidak pernah terdengar namanya tiba-tiba memenangkan megaproyek berteknologi tinggi serta bersifat vital dan strategis dan mengalahkan raksasa farmasi seperti PT Bio Farma untuk membangun pabrik vaksin flu burung apabila tidak ada praktik mafia anggaran berikut rekayasanya.

"Selain itu, modus operandi Nazaruddin adalah dengan membuat akta tanggal mundur pengalihan saham sebagai cara pencucian uang atas korupsinya. Sedangkan pengurus yang ada di akta perusahaan hanya boneka-boneka yang dapat dikendalikannya," ujarnya.

Sosok RS

Sementara di tempat yang sama, Direktur Eksekutif LSM Indonesia Pemantau Aset (Inpas) Boris Malau menyebutkan, salah satu orang kepercayaan Nazaruddin yang banyak berperan dalam distribusi dana-dana perusahaan Nazaruddin adalah RS.

"RS ini adalah operator lapangan yang mendistribusikan dana-dana dari perusahaan Nazaruddin mengalir. Karenanya, jika KPK ingin mengusut semua kasus yang mengait pada Nazaruddin, bisa dilakukan melalui RS ini," ujarnya.

Menurut dia, baik KPK maupun kepolisian sesungguhnya sudah mengetahui aliran dana yang berasal dari Nazaruddin itu. Untuk itu, ia berharap, apabila supremasi hukum ingin ditegakkan di Indonesia, jangan sampai aparat penegak hukum berupaya menyelamatkan seseorang dengan mengorbankan orang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

    Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

    [POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

    Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

    Nasional
    Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

    Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

    Nasional
    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Nasional
    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Nasional
    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Nasional
    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Nasional
    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Nasional
    Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

    Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

    Nasional
    Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

    Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

    Nasional
    Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

    Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

    Nasional
    KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

    KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

    Nasional
    Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

    Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com