Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bambang: Mr A Cuma Pengalihan Isu

Kompas.com - 03/06/2011, 11:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi Golkar Bambang Soesatyo menilai, penyebutan Mr A oleh Wakil Sekjen Demokrat Ramadhan Pohan merupakan upaya pengalihan isu. Menurut Bambang, Ramadhan melempar inisial tersebut tanpa fakta ke publik dan menyebutnya pihak yang berupaya menghancurkan Partai Demokrat. Bambang menilai, apa yang dilakukan Ramadhan sebagai contoh cara berpolitik yang buruk.

"Kalau dia punya fakta, kenapa tidak langsung saja tunjuk hidung dan laporkan ke pihak berwajib. Bukannya berkelit dan berkilah. Itu namanya pengalihan isu dan mencoba menciptakan kambing hitam dan menebar fitnah terhadap politisi yag kebetulan berinisial 'A'," ungkapnya kepada wartawan, Jumat (3/6/2011).

Bambang mengaku paham bahwa Demokrat sedang mengalami kepanikan pascamencuatnya kasus dugaan suap Sesmenpora yang diduga melibatkan mantan Bendahara Umum Demokrat, M Nazaruddin, dan salah satu politisinya, Angelina Sondakh. Namun, anggota Komisi III DPR ini menegaskan, suasana menjadi tidak sehat ketika Ramadhan mulai menuding tanpa bukti.

"Bahkan ada kader Demokrat menyebut tokoh itu bermodal besar. Apa urusannya? Jelas tampak mereka masih hijau dalam berpolitik. Jujur saja, kita sebenarnya malas berkomentar. Sebab, kalau kita ngeladeni orang panik, sama bodohnya. Politisi yang memiliki inisial A kan banyak," tambahnya.

Dengan pernyataan ini, Golkar memang termasuk pihak yang kena getahnya. Setelah Ramadhan melemparkan isu itu, asosiasi publik pun mengarah kepada tokoh-tokoh politik Golkar yang berinisial A, seperti Akbar Tanjung, Aburizal Bakrie, atau Agung Laksono. Bambang mengaku Golkar tak akan reaktif. Apalagi, akar masalahnya adalah urusan internal partai Demokrat sendiri. Bambang juga menegaskan, Golkar tak ada urusannya dengan pesan singkat (SMS) gelap yang disebut-sebut menyerang pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan elite Partai Demokrat.

"Itu semua muncul karena saling ancam dan saling buka di antara mereka sendiri. Yang terbaik adalah kita sebaiknya menjadi penonton yang baik saja. Waktu akan membuktikan, siapa yang bersalah dan siapa yang bersandiwara di antara mereka," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com