Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nunun Diperlakukan Bak Teroris

Kompas.com - 27/05/2011, 17:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kuasa hukum tersangka kasus dugaan suap pada pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Nunun Nurbaeti, yakni Ina Rahman, merasa tidak puas atas keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi yang telah melakukan penarikan paspor milik kliennya.

Ina mengatakan, kepergian kliennya ke Singapura untuk menjalani pengobatan rutin penyakitnya, bukan untuk menghindar dari kasus yang menjeratnya. "Saya merasa kecewa. KPK tidak adil karena memperlakukan klien saya ini seperti teroris," ujar Ina ketika dihubungi wartawan, Jumat (27/5/2011).

Sebelum kasus tersebut mencuat ke publik, kata Ina, Nunun memang menderita amnesia yang menjurus kepada demensia-Alzheimer. Penyakit itu diketahuinya berdasarkan hasil diagnosis dari dokter pribadi keluarga Nunun, Andreas Harry. "Makanya, dia itu sering mendadak jatuh pingsan," ujarnya.

Sebelumnya, pada sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi hari ini, mantan seketaris pribadi Nunun Nurbaeti di PT Wahana Esa Sejati, Sumarni, mengatakan bahwa mantan atasannya tersebut sering mendadak jatuh pingsan. Ia juga mengungkapkan, saat sedang berbelanja di pusat pertokoan, Nunun juga sering jatuh pingsan. "Ibu suka jatuh gara-gara vertigo. Di boks obatnya juga ada obat-obatan untuk sempoyongan," kata Sumarni.

Seperti diberitakan, Ketua KPK Busyro Muqoddas telah mengumumkan status tersangka untuk Nunun dalam rapat dengar pendapat di Gedung DPR, Senin (23/5/2011). Keputusan ini telah diambil sejak Februari lalu.

Awalnya, Nunun menjadi saksi kunci yang mengetahui dari mana asal dana yang diberikan kepada 26 anggota DPR periode 1999-2004 dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior BI. Namun, dalam dakwaan para politisi tersebut, Nunun disebut sebagai orang yang memberikan cek perjalanan melalui Arie Malangjudo.

Sejak ditetapkan menjadi saksi untuk kasus cek perjalanan itu, keluarga Nunun menyatakan melalui dokter Andreas Harry bahwa Nunun didiagnosis menderita amnesia yang menjurus pada demensia-Alzheimer. Hal ini terjadi akibat ia sempat terserang stroke. Penyakit Nunun ini mengakibatkan ia menjadi lupa sehingga KPK sulit meminta keterangan darinya sejak tahun 2010.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com