JAKARTA, KOMPAS.com — Peristiwa teror bom kepada tokoh pluralisme Ulil Abshar Abdalla lebih bernuansa politik dibandingkan agama.
Sejumlah alasan dikemukakan Ketua Badan Pengurus Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Usman Hamid di Jakarta, Rabu (16/3/2011).
"Terlalu transparan pengirim bom mengungkapkan identitasnya dalam surat. Ia secara jelas menyatakan siapa diri, alamat, serta latar belakangnya," papar Usman.
Padahal, lanjutnya, pelaku teror biasanya tidak ingin identitasnya diketahui. Hal ini justru menimbulkan tanda tanya karena motif agama yang merujuk pada surat masih bersifat prematur.
"Dalam satu-dua tahun terakhir, Ulil lebih aktif dalam bidang politik," kata Usman, merujuk posisi Ulil yang juga menjadi salah satu Ketua Partai Demokrat bikinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Usman tidak menafikan kemungkinan motif mengaburkan isu pokok, semisal, kekisruhan politik berada di balik peristiwa teror bom tersebut. "Contohnya, kasus terbunuhnya Munir pada 7 September 2004 terjadi beberapa pekan sebelum pilpres putaran kedua pada 20 September 2004," jelasnya.
Pemberitaan sensitif belakangan ini terkait masalah pemerintahan dan politik, menurutnya, bisa diduga sebagai alasan untuk mengalihkan isu. "Akhirnya, yang menjadi sorotan saat ini seolah-olah ada konflik yang menghadap-hadapkan aktivis prodemokrasi dengan kelompok garis keras agama," ungkap Usman.
Ia menekankan pula, pilihan waktu teror bisa menegaskan siapa di balik peristiwa ini. "Namun, kita tidak boleh gegabah menuduh pihak tertentu," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.