"Mereka ini juga terperangkap dalam semacam eternal circle yang tak berujung. Sebagian lain lebih tidak beruntung dan terseret oleh lingkaran setan (vicious circle) menuju kemunduran. Bahkan, akhirnya menjadi bagian dari kuburan sejarah," jelas Wapres.
Indonesia, lanjut Wapres, bertekad untuk menjadi bangsa maju. Ini berarti kita harus bersedia memenuhi segala syarat dan prasyarat bagi bangsa maju itu. "Salah satu pertanyaan yang saya cari jawabannya dalam literatur adalah hal-hal apa saja yang harus kita waspadai dan hindari agar kita tidak terperangkap ke dalam eternal circle atau vicious circle," kata Wapres lagi.
Dalam kesempatan itu, Wapres Boediono mengambil contoh pengalaman demokrasi yang pernah dialami Perancis dengan kegagalan revolusinya sehingga memunculkan tokoh kuat, yaitu Napoleon Bonaparte, serta Kerajaan Romawi dengan kejayaan dan kemakmurannya. Akan tetapi, pada akhirnya runtuh dengan kemerosotannya karena korupsi dan kejahatan-kejahatan lainnya di tingkat elite dan birokrasi.
Komaruddin menyatakan dengan contoh-contoh demokrasi di Perancis dan Romawi, Wapres memberikan peringatan kepada bangsa Indonesia agar berhati-hati dengan kegagalan revolusi dan demokrasi di kedua negara itu.
"Namun, harapan saya, contoh demokrasi di dua negara itu tidak akan lagi terjadi di Indonesia. Sebab, kita sendiri memiliki pengalaman demokrasi sejak merdeka tahun 1945 lalu hingga zaman Bung Karno dan Soeharto," demikian Komaruddin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.