Berdasarkan data Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, penyusutan hutan di Jambi, yang sebagian besar berada pada sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, terjadi paling drastis dari tahun 1995 hingga 2000. Tutupan hutan menyusut 1 juta hektar dari sebelumnya 2 juta hektar.
Lalu, tahun 2000-2005, penyusutan terus berlangsung sehingga luas hutan tersisa sekitar 700.000 hektar. Pada saat itu, DAS Sungai Batanghari dinyatakan masuk dalam 10 sungai paling kritis di negeri ini.
Demi HTI dan sawit
Menurut Rudi Syaf, Direktur Komunikasi KKI Warsi, faktor terbesar penyebab kerusakan itu adalah pembukaan hutan alam untuk kepentingan tanaman industri (HTI) dan perkebunan sawit. Pembangunan ini membutuhkan pembukaan hutan yang masif. Akibatnya, fungsi kawasan itu untuk menyerap air merosot drastis. Banjir menjadi kerap terjadi pada musim hujan, lalu diikuti bencana kekeringan pada musim kemarau.
Dalam kurun satu setengah tahun terakhir, ada empat lokasi hutan alam di Jambi yang beralih fungsi untuk memenuhi kebutuhan tanaman industri akasia, pertukangan, dan karet. Empat perusahaan yang memperoleh izin HTI adalah PT Lestari Asri Jaya (LAJ) seluas 61.000 hektar, PT Mugi Triman (37.500 hektar), PT Malaka Agro Perkasa (24.485 hektar), dan PT Bukit Kausar (33.310 hektar).
Salah satu kawasan HTI, yaitu yang dikelola PT LAJ, merupakan habitat inti satwa kunci, seperti gajah sumatera, harimau sumatera, dan tapir. Sekitar 90 persen populasi gajah di wilayah tengah Sumatera berada di kawasan ini. Sementara jejak harimau masih kerap ditemui di dalam hutan.
Bersamaan dengan terjadinya konversi hutan alam menjadi tanaman industri, merebak pula konflik antara satwa liar dan penduduk di sembilan desa di tiga kecamatan sekitar hutan yang merupakan ekosistem Bukit Tigapuluh ini. Konflik ini bahkan berdampak dengan tewasnya seorang warga akibat terinjak gajah yang mengamuk saat diusir keluar dari perkebunan setempat.
Saat ini tersisa 220.000 hektar hutan produksi. Itu berarti hutan alam Jambi makin habis apabila areal untuk HTI terus dikonversi. Hutan juga akan kian habis jika aktivitas perambahan liar dibiarkan begitu saja, menjadi persoalan besar di kemudian hari. Sedikit demi sedikit, perambah dan pembalak terus menggerogoti kekayaan hutan alam Jambi.
Tanpa kita sadari, nyaris tak ada lagi hutan yang tersisa. Tidak heran apabila bencana kian menyatu dengan manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.