Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pidato SBY Abaikan Keputusan DPR

Kompas.com - 05/03/2010, 20:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pidato politik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang skandal Bank Century memicu ketegangan baru antar lembaga negara. Alasannya, posisi pemerintah dan DPR RI kini saling berlawanan dalam memandang skandal Bank Century. "Saya menganggap ini menegasikan seluruhnya. Persoalan yang saya catat dari apa yang menjadi pernyataan presiden, nampaknya presiden tidak menghiraukan institusi yang namanya DPR RI," kata Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo di Jakarta, Jumat (5/3/2010).

Menurut Ganjar, sikap SBY selaku Kepala Pemerintahan yang tidak mengakui pendapat DPR RI tersebut, justru menjadikan ancaman serius pada proses demokrasi di Tanah Air. Padahal, keputusan politik DPR RI yang memilih opsi C telah memenuhi prosedur konstitusi. "Ini bahaya sekali karena demokrasi kita terancam set back," ungkapnya.

Ganjar semula berpandangan, SBY akan bersikap elegan atas pandangan politik DPR RI tentang skandal Bank Century. SBY semestinya menjelaskan kepada masyarakat akan menunggu rekomendasi, dan kemudian menindaklanjuti rekomendasi tersebut.

"Artinya lembaga kenegaraan yang ada diberikan sepenuhnya dari kewenangan yang dimiliki. Tapi kalau seperti ini artinya dimentahkan pendapat DPR. Dan akhirnya saya bertanya juga, nampaknya relasi presiden dengan partai pendukung juga putus," ujarnya.

Kamis (4/3/2010) malam, Presiden SBY menegaskan, kebijakan pemberian dana Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek(FPJP) dan Penyertaan Modal Sementara (PMS) kepada Bank Century sama sekali bukan penyimpangan atau pelanggaran. Tidak hanya itu, kebijakan tersebut tidak bisa dipidanakan mengingat upaya bangsa yang tengah mengejar pembangunan di segala bidang. Pasalnya, jika kebijakan yang tepat justru berujung pada pemidanaan, maka negara tidak akan berjalan dengan baik dan efektif.

Pandangan politik SBY ini sejalan dengan Partai Demokrat, yaitu opsi A, yakni pemberian dana talangan kepada Bank Century dan penyalurannya ada masalah. Sikap Partai Demokrat hanya didukung penuh Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Akan Evaluasi Subsidi Energi, Harga BBM Berpotensi Naik?

Pemerintah Akan Evaluasi Subsidi Energi, Harga BBM Berpotensi Naik?

Nasional
MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke 'Crazy Rich Surabaya'

MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke "Crazy Rich Surabaya"

Nasional
Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

Nasional
Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

Nasional
BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

Nasional
Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Nasional
Drama Nurul Ghufron Vs Dewas KPK dan Keberanian Para 'Sesepuh'

Drama Nurul Ghufron Vs Dewas KPK dan Keberanian Para "Sesepuh"

Nasional
Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Nasional
Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

Nasional
11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

Nasional
Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

Nasional
KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar Rupiah

KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar Rupiah

Nasional
Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Anggota DPR Sebut Pembubaran People’s Water Forum Coreng Demokrasi Indonesia

Nasional
Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Namanya Disebut Masuk Bursa Pansel Capim KPK, Kepala BPKP: Tunggu SK, Baru Calon

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com