Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yudhoyono Coret Anaknya dari Caleg Nomor Satu

Kompas.com - 22/10/2008, 07:24 WIB

Anggota Komisi XI DPR, Dradjat Wibowo, berpendapat, politik keluarga di lingkungan pemerintahan lebih berbahaya dibandingkan dengan politik keluarga di lembaga legislatif. Sebab, politik keluarga di lembaga legislatif masih bisa dikendalikan melalui seleksi di pemilu, sedangkan nepotisme di pemerintah sama sekali tidak bisa dicegah.

”Kalau untuk DPR, rakyat bisa menyeleksi meski ia dicalonkan oleh parpolnya,” kata Dradjat.

Kekuasaan besar

Secara terpisah, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang, Warsito mengatakan, politik keluarga yang lebih mengutamakan jabatan politik pada anggota keluarga terjadi akibat kekuasaan pimpinan partai politik terlalu besar. Kondisi itu di Indonesia diperparah dengan tidak jelasnya aturan main bagi partai politik, termasuk dalam menentukan calon anggota legislatifnya.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD hanya menyebutkan, syarat calon anggota legislatif atau caleg adalah anggota partai politik tanpa ada penjenjangan.

”Politikus juga memberi andil terjadinya politik keluarga karena mereka juga menikmati sistem yang menghambat partisipasi publik dalam berdemokrasi,” kata Warsito di Semarang, Selasa. Dominasi keluarga pimpinan parpol dalam pencalonan anggota legislatif atau pengisian jabatan politik lainnya lebih banyak menimbulkan kerugian daripada positifnya. Publik juga akan memandang negatif.

Warsito juga mengakui, lemahnya aturan main bagi parpol itu dimanfaatkan pimpinan parpol untuk membangun jaringan keluarga yang mengarah dinasti.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari, Selasa (21/10) di Jakarta, menambahkan, maraknya penerapan pola kekeluargaan dalam perekrutan caleg dan jabatan politik lain adalah tanda yang paling kelihatan dari kegagalan parpol membangun sistem internalnya sehingga tidak ada mekanisme yang jelas dalam perekrutan itu.

Menurut dia, kegagalan ini harus segera diperbaiki karena Pemilu 2009 kemungkinan besar menjadi kesempatan terakhir bagi sejumlah tokoh karismatik yang selama ini menjadi patron di sejumlah parpol.

Pengajar ilmu politik di Universitas Airlangga, Surabaya, Daniel Sparringa, menilai, hubungan kekerabatan di balik jabatan parpol dan caleg makin luas dan sistematis karena jabatan di parpol dan parlemen dianggap hanya sebagai tempat mencari nafkah. Kaderisasi yang buruk juga membuat orang partai yang berkompeten semakin sedikit.

Penyebab lain politik keluarga ini, menurut Daniel, karena masyarakat mengambil jarak terlalu lebar dan menganggap parpol tak penting. Parpol kekurangan kader. ”Jalan pintas dari semua itu adalah melirik orang yang dikenal untuk mengisi posisi di parlemen dan parpol,” kata Daniel.

Menurut Daniel, akibat politik kekeluargaan ini, kredibilitas parpol kian terpuruk dan masyarakat makin tidak percaya. Untuk itu, parpol harus lebih terbuka terhadap orang baru. Namun, hal itu tak bisa dilakukan hanya dengan mengiklankan diri, apalagi hanya dengan membidik orang yang sudah populer. Solusi terbaik adalah membuka perekrutan dan kaderisasi yang lebih baik. (WHO/DIK/NWO/INA/INU/HAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri 'Triumvirat' hingga Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri "Triumvirat" hingga Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Nasional
Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Nasional
Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Nasional
Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com