Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapakah Munarman?

Kompas.com - 06/06/2008, 00:25 WIB

MUNARMAN dikenal luas sebagai pendekar hukum dan aktivis pembela hak-hak sipil. Ia juga dikenal antimiliterisme. Karakter Munarman yang egaliter dan nasionalis ini tidak diragukan lagi begitu melihat
sepak terjangnya sebagai aktivis di YLBHI dan Kontras.

Namun, tiba-tiba semua orang terkaget-kaget seolah Munarman berubah watak menjadi keras dan bengis. Media menggambarkan Munarman seolah-olah menjelma menjadi tokoh radikal, menyusul terjadinya penyerangan Front Pembela Islam (FPI) terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB).

Beberapa teman dekat Munarman menyebut, tidak ada yang berubah dalam diri Munarman. Ia memang keras dan lugas, tapi juga humanis. Di mata teman-temannya, Munarman idealis, juga pemberani. "Kalau ada yang berubah, itu hanya pencitraan media, yang tidak sadar disetir oleh kepentingan- pentingan tertentu," ungkap Unggul, salah satu teman dekat Munarman, Kamis (5/6).

Pengakuan serupa juga diungkapkan Mahendradatta, salah satu pengacara dalam Tim Pembela Muslim (TPM). Menurut Mahendradatta, Munarman adalah sosok yang tegas membela keyakinan. Benar-benar memperjuangkan kepentingan umat Islam. "Ketegasan Munarman dalam membela Islam tetap berpatokan pada Al Quran dan Hadis. Dia juga tidak membuat penafsiran sendiri, tapi didasarkan jumhur (kesepakatan) ulama, seperti fatwa MUI," katanya.

Dia membantah terjadi metamorfosis dalam diri Munarman. Dalam pandangannya, perubahan tersebut hanya opini yang dibuat kalangan sekuler. "Seolah-olah ada dikotomi antara Islam dan HAM. Dia tetap sosok pembela HAM dalam koridor Islam," katanya menegaskan.

Watak keras, lugas, dan teguh pendirian juga diungkap Taufik Basari, salah satu temannya saat aktif di
YLBHI. Menurut Taufik, tidak ada yang berubah dari Munarman yang ia kenal. "Ia memang keras tanpa
kompromi. Kalau memang salah ia katakan salah. Dia keras, tapi humanis. Dia pembela HAM dan antimiliter.
Saya tahu persis, temannya luas. Banyak yang suka sikap dan keberanian Munarman," katanya.

Menurut keterangan beberapa temannya, minat Munarman pada gerakan Islam bermula saat ia menjadi anggota Tim Pengacara Abu Bakar Ba'asyir tahun 2002. Selepas tidak mendampingi Ba'asyir, Munarman mulai dekat dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Dari HTI, Munarman mulai mengenal sejumlah tokoh Islam garis keras, termasuk Ketua FPI Habib Rizieq Shihab. Dia lantas mendirikan An Nashr Institute. Munarman belakangan banyak berada pada garis depan atas kampanye pembubaran Ahmadiyah.

Munarman sendiri mengawali karier dari bawah. Suami Anna Noviana itu terjun ke dunia advokasi saat
menjadi relawan pada LBH di Palembang tahun 1995. Selang dua tahun kemudian, kariernya menanjak dengan menjadi Kepala Operasional LBH Palembang. Namanya mulai menasional saat menjabat koordinator Kontras Aceh pada medio 1999-2000. Karirnya berlanjut hingga dia menduduki posisi Koordinator Badan Pekerja Kontras.

Dengan sederet jabatan itu, tidak heran jika cabang pendukung pencalonannya menjadi orang nomor satu di YLBHI adalah LBH Palembang dan Banda Aceh, di samping LBH Lampung.

Saat menjabat ketua YLBHI 2002-2007, Munarman membuat gebrakan pada dua bulan masa kepemimpinannya. Dia mengungkapkan kondisi YLBHI yang krisis keuangan. Apabila tidak ada suntikan dana segar, YLBHI berikut 14 cabang LBH akan kolaps. Dewan pengurus terpaksa mengambil keputusan kurang populer, yakni memotong gaji para staf 50 persen dan tidak pula membayarkan tunjangan hari raya (THR). Langkah ini untuk menutup makin menipisnya uang kas YLBHI. Padahal, setiap bulan YLBHI butuh dana operasional Rp 1,5 miliar.

Untuk mengatasi krisis keuangan di YLBHI, Munarman menggelar malam dana. Dari acara sosial tersebut terkumpul Rp 1 miliar. Uang itu berasal dari kocek Taufik Kiemas Rp 500 juta, Buyung Nasution Rp 400 juta, dan alumnus YLBHI Hotma Sitompoel Rp 100 juta. YLBHI juga mendapat bantuan emergensi dari donator Triple Eleven 30.000 euro atau setara Rp 270 juta dan Novib senilai 250.000 euro (Rp 2,25 miliar).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com