Salin Artikel

Elektabilitas Partai Gelora Menanjak, Survei SPIN Ungkap Alasannya

KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Survei and Polling Indonesia (SPIN) Igor Dirgantara menjabarkan beberapa alasan di balik tren kenaikan elektabilitas Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia.

Pertama, kata dia, Partai Gelora berhasil membangun narasi baru sebagai partai moderat yang tidak terlalu menonjolkan identitas keislaman.

Meskipun secara historis merupakan pecahan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), partai tersebut mampu memperluas dukungan pemilih dari berbagai latar belakang dengan memilih asas Pancasila.

“Dengan memilih asas Pancasila, Partai Gelora bisa memperluas dukungan pemilih dari rumpun partai-partai islam yang makin mengecil,” katanya dalam keterangan tertulis yang dikutip dari laman Partaigelora.id, Jumat (9/2/2024).

Igor menilai bahwa positioning Partai Gelora saat ini sudah tepat, karena dengan pendekatan tersebut mereka dapat menarik dukungan dari pemilih yang mungkin enggan mendukung partai-partai Islam yang lebih kental.

Alasan kedua adalah dukungan Partai Gelora terhadap pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Igor menyatakan bahwa hal tersebut juga berkontribusi pada kenaikan elektabilitas Partai Gelora.

Selanjutnya, sebut dia, adanya ketokohan dari tiga petinggi Partai Gelora, yaitu Anis Matta sebagai ketua umum, Fahri Hamzah sebagai wakil ketua umum yang juga merupakan salah satu juru bicara (jubir) Prabowo-Gibran, serta Mahfuz Sidik sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) yang menjadi Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran.

“Dukungan penuh Partai Gelora melalui tokohnya, seperti Anis Matta, Fahri Hamzah, dan Mahfuz Sidik kepada pasangan Prabowo-Gibran ini berdampak positif pada meningkatnya elektabilitas partai ini,” tutur Igor.

Meskipun demikian, Igor menekankan bahwa Partai Gelora masih perlu bekerja keras untuk mencapai parliamentary threshold atau ambang batas parlemen yang disepakati, yakni 4 persen.

Dia menegaskan bahwa keberhasilan partai tersebut untuk lolos verifikasi dan ikut dalam pemilihan umum (pemilu) harus diiringi dengan inovasi politik yang menciptakan varian baru yang berbeda dengan partai-partai lama.

“Keberhasilan Partai Gelora lolos verifikasi dan ikut pemilu harus disertai dengan menciptakan varian baru dalam politik Indonesia dengan visi dan misi yang dimilikinya,” imbuhnya.

Masyarakat cenderung pilih partai bercorak nasionalis

Pada kesempatan tersebut, Igor menekankan bahwa partai-partai baru yang mengalami kenaikan elektabilitas cenderung memiliki corak nasionalis atau moderat, daripada corak yang berbasis keagamaan.

"Secara teoritis, mayoritas pemilih Indonesia memang lebih (condong) memilih partai (dengan orientasi) nasionalis daripada partai (berbasis) agama. (Oleh karena itu) partai yang melakukan pendekatan pendekatan nasionalis dan moderat cenderung lebih banyak dipilih," imbuhnya.

Untuk diketahui, dalam survei yang dilakukan oleh lembaga SPIN, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mencatat elektabilitas sebesar 3,8 persen, sedangkan Partai Gelora mencapai 2 persen.

Survei tersebut berlangsung dari tanggal 8-14 Januari 2024 dengan melibatkan 2.178 responden di 38 provinsi di seluruh Indonesia. Metode survei yang digunakan adalah multistage random sampling, yaitu kombinasi dari strategi pengambilan sampel.

Survei dilakukan melalui wawancara langsung dengan bantuan kuesioner. Hasilnya, margin of error dari survei tersebut sekitar 2,1 persen, dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

https://nasional.kompas.com/read/2024/02/09/13355331/elektabilitas-partai-gelora-menanjak-survei-spin-ungkap-alasannya

Terkini Lainnya

Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Libur Panjang, Korlantas Catat Peningkatan Arus Lalu Lintas

Nasional
DKPP Terima 233 Pengaduan Pemilu dalam 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 233 Pengaduan Pemilu dalam 4 Bulan Terakhir

Nasional
Prabowo: Beri Kami Waktu 4 Tahun untuk Buktikan ke Rakyat yang Tak Pilih Kita

Prabowo: Beri Kami Waktu 4 Tahun untuk Buktikan ke Rakyat yang Tak Pilih Kita

Nasional
Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Yusril: Penambahan Kementerian Prabowo Bukan Bagi-bagi Kekuasaan, Tak Perlu Disebut Pemborosan

Nasional
BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

BPK di Pusara Sejumlah Kasus Korupsi...

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Diisi Orang Politik

Nasional
Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Pilkada 2024, Belum Ada Calon Perseorangan Serahkan KTP Dukungan ke KPU

Nasional
Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Ada Jalur Independen, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Gubernur Nonpartai?

Nasional
PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

PPP: RUU Kementerian Negara Masuk Prolegnas, tetapi Belum Ada Rencana Pembahasan

Nasional
Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Latihan Gabungan, Kapal Perang TNI AL Tenggelamkan Sasaran dengan Rudal Khusus hingga Torpedo

Nasional
Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Menag Cek Persiapan Dapur dan Hotel di Madinah untuk Jemaah Indonesia

Nasional
 Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Melalui Platform SIMPHONI, Kemenkominfo Gencarkan Pembinaan Pegawai dengan Pola Kolaboratif

Nasional
PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

PPP Anggap Wacana Tambah Menteri Sah-sah Saja, tapi Harus Revisi UU

Nasional
Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Eks KSAU Ungkap 3 Tantangan Terkait Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Nasional
Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Mayoritas Provinsi Minim Cagub Independen, Pakar: Syaratnya Cukup Berat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke