Salin Artikel

Tarikan Jaket Bahlil oleh Prabowo Dalam Telaah Komunikasi

Terlihat ada gestur ‘kasar’ dari Prabowo terhadap Bahlil. Atas insiden itu, Bahlil telah memberikan klarifikasi, bahwa ia merasa Prabowo tidak menarik jaketnya dengan kasar, dan yang dilakukan itu masih dalam batas yang wajar.

"Enggak ada yang merasa ditarik, itu kan cuma kepingan video saya saja yang dipotong itu, jadi saya juga kaget," kata Bahlil di Perpustakaan Nasional, Jakarta (Kompas.com, Sabtu, 23 Desember 2023).

Sejauh ini belum ada klarifikasi langsung dari Prabowo. Namun dari Partai Gerindra melalui Wakil Ketua Umum (Waketum) Habiburokhman membantah Prabowo bersikap kasar terhadap Bahlil.

"Tidak benar bahwa Pak Prabowo bersikap kasar, dan tidak benar juga kalau ada ketegangan antara Pak Prabowo dan Pak Bahlil," kata Habiburokhman (Antara, Sabtu, 23 Desember 2023).

Namun apakah dengan penjelasan itu persoalan selesai? Karena dari video yang beredar, terlihat gestur yang pantas memunculkan pertanyaan di benak publik, apa sesungguhnya yang terjadi?

Apakah Bahlil benar-benar telah dikasari atau tidak. Ataukah sejumlah klarifikasi yang mengemuka hanya sekadar untuk memitigasi persoalan dan opini publik?

Tentu hanya Prabowo dan Bahlil yang tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Publik hanya bisa menerka dan memberikan penilaian atas interaksi yang viral itu.

Namun bagaimana kita melihatnya dalam konteks komunikasi? Sesuatu yang memang penting ditelaah.

Harusnya disadari oleh setiap orang yang berada di ruang publik atau public sphere bahwa komunikasi dan interaksi yang dilakukan dengan seseorang atau orang lain ada pada wilayah pengamatan dan penilaian publik.

Hal ini tidak saja dapat disaksikan secara langsung oleh orang lain yang ada pada ruang dan waktu yang sama, tapi juga melalui banyaknya kamera atau CCTV dapat merekam setiap peristiwa yang terjadi.

Apalagi bila interaksi atau komunikasi itu melibatkan dua orang dengan latar publik figur atau orang terkenal, dan kemudian ada yang janggal atau tak lumrah, tentu saja akan lebih memantik perhatian.

Sehingga dalam peristiwa komunikasi antara Prabowo dan Bahlil, tentu saja lebih menarik dan menjadi perhatian khalayak luas, karena mereka adalah pejabat publik atau pejabat negara.

Prabowo selain adalah Menteri Pertahanan, juga merupakan calon presiden yang sedang berkontestasi. Sementara Bahlil adalah Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Kehadiran atau keberadaan dan semua sikap atau gestur mereka tentu saja menjadi perhatian. Lebih fatal karena itu pada moment ‘live tv’, terjadi di era di mana hampir semua orang yang ada di lokasi peristiwa, punya smartphone, yang tentu ada kameranya.

Sehingga pada titik ini, soal diakui ada-tidaknya kekerasan, bukan lagi satu hal yang penting bagi publik. Sebaliknya interaksi dan komunikasi tak wajar, dipersepsikan sebagai ‘kekerasan’ atau dikasari’ itu kemudian menjadi satu persoalan.

Dalam kondisi atau realitas ini, persepsi dan interpretasi terhadap satu konteks peristiwa komunikasi telah menjadi otoritas publik. Dengan begitu tak bisa salahkan bila ada penilaian negatif.

Prabowo dan Bahlil sebagai ‘mitra komunikator’ dan ada pada momentum debat pilpres, masuk wilayah interpretasi khalayak. Sehingga yang terjadi tidak bisa hanya dilihat dan dinilai sebagai kejadian biasa atau peristiwa sederhana, sekalipun itu urusan personal.

Ini yang kemudian menjadi titik tekan dalam telaah atau konteks komunikasi yang relevan dan efektif. Karena sebagai mitra komunikasi, yang berada di ruang publik, mestinya interaksi atau komunikasi yang terjadi penuh perhatian, menggunakan bahasa tubuh positif, dan menyampaikan pesan dengan jelas.

Dua orang berkomunikasi melibatkan gestur dan elemen nonverbal lainnya, dan kemudian mereka diamati dan dinilai oleh orang lain, dalam studi komunikasi dikenal dengan istilah "komunikasi interpersonal" atau juga "interaksi sosial."

Dalam komunikasi interpersonal, mitra komunikator mestinya menyadari bahwa mereka tidak sedang berada di ruang private yang boleh melakukan apa saja, interaksi sosial membutuhkan kepekaan sosial.

Menyadari diri berada di satu tempat atau lingkungan adalah bentuk kesadaran ruang atau situasional. Ini mencerminkan kemampuan individu untuk mengenali dan memahami lingkungan tempat mereka berada.

Penilaian dan interpretasi orang lain terhadap komunikasi interpersonal dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan komunikasi verbal antara dua individu tersebut.

Sehingga pengaruh komunikasi interpersonal atau peristiwa interaksi dan komunikasi antara dua orang terhadap penilaian orang lain dapat signifikan.

Sebab orang seringkali membentuk pandangan atau penilaian terhadap satu individu berdasarkan cara mereka berkomunikasi, baik itu melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau komunikasi verbal.

Apa saja pengaruhnya? Pertama adalah kesan. Ini bisa terkait dengan persepsi sebelumnya, yang merupakan akumulasi penilaian pada satu objek atau seseorang, atau berdasarkan pengamatan yang baru.

Dalam konteks peristiwa komunikasi Prabowo dan Bahlil yang dibahas ini, bila kemudian ada yang mempersepsikan atau menilainya sebagai satu gestur yang kasar, terutama dari Prabowo, sesungguhnya dapat mengonfirmasi image yang sudah terbentuk.

Bagaimanapun, Prabowo adalah pribadi yang sebelumnya dipersepsikan sebagian khalayak ‘keras’ dan tegas, jika tak mau disebut ‘kasar’. Persepsi itu barangkali selain juga diperkuat oleh latar militer, pun dalam banyak interaksi sosial Prabowo juga ‘keras’.

Seperti menggebrak meja dan podium saat pidato, hingga yang paling anyar menggunakan diksi ‘ndasmu etik’ yang dianggap ‘kasar’ oleh sejumlah pengamat.

Sehingga peristiwa komunikasi interpersonal yang melibatkan Prabowo dan Bahlil di ruang publik yang video-nya viral itu, tentu menjadi kontraproduktif.

Hal yang tentu saja turut dan dapat meruntuhkan atau mendistorsi citra baru yang sementara ini sedang dibanguan dengan gencar lewat gimmick ‘gemoy’.

Kedua, adalah terkait kredibilitas. Cara seseorang berkomunikasi dapat memengaruhi tingkat kredibilitas mereka. Komunikasi yang jelas, tulus, dan konsisten cenderung meningkatkan kepercayaan orang lain.

Sehingga pola atau cara komunikasi seseorang yang cenderung berubah-ubah atau inkonsisten, dapat menghadirkan keraguan atas integritasnya, yang pada ujungnya akan turut memengaruhi hubungan sosial dengan orang lain atau khalayak (political distrust).

Konteks ini, Prabowo sebagai komunikator yang berkomunikasi dengan gestur ‘kasar’ kepada Bahlil sebagai komunikan, terlihat ada inkonsistensi dengan kesan ‘santuy’ yang mau dilekatkan ke Prabowo.

Ketiga, menerbitkan pemahaman emosional. Komunikasi nonverbal, seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh, dapat memberikan wawasan tentang keadaan emosional seseorang. Ini memengaruhi bagaimana orang lain merespons dan menilai.

Itu pula mengapa, peristiwa komunikasi yang melibatkan gestur, yang kemudian dinilai ‘kasar’, sesungguhnya akan menerbitkan kesimpulan dan pemahaman atas kondisi emosional dari pelaku komunikasi interpersonal yang tak wajar itu.

Sehingga betapapun ada upaya klarifikasi, hal tersebut tidak serta merta akan mengubah persepsi dan kesimpulan orang lain yang sudah terbentuk.

Kesimpulan kolektif publik akan semakin menguat bila apa yang disaksikan terkonfirmasi oleh track record atau latar belakang dan reputasi seseorang.

Hal ini yang kemudian dapat bermuara pada penerimaan dan penolakan. Orang mungkin lebih menerima atau menolak individu berdasarkan cara mereka berkomunikasi. Sikap terbuka dan ramah atau humble tentu saja akan cenderung lebih disukai.

Sehingga perlu menjadi catatan penting adalah, cara individu berkomunikasi dapat berdampak signifikan tergantung pada bagaimana mereka dinilai dan diterima oleh orang lain dalam interaksi sosial.

Dalam social judgment theory yang dikemukakan Muzafer Sherif dan Carl I. Hovland, dijelaskan bagaimana individu mengevaluasi dan merespons pesan (komunikasi) berdasarkan pandangan mereka terhadap suatu topik atau realitas yang tersaji.

Sehingga perlu disadari juga bahwa jika interaksi antara ‘mitra komunikasi’ dipersepsikan sebagai peristiwa kekerasan (kasar) oleh orang lain, juga akan memiliki dampak sosial yang lebih jauh, apalagi terjadi atau dilakukan oleh publik figur.

Selain turut membentuk pandangan negatif dan bakal merusak citra atau reputasi orang yang terlibat komunikasi interpersonal yang dipersepsikan ‘kasar’ itu, juga bakal menguatkan permisivisme publik terhadap gestur komunikasi dan ‘budaya kasar.

Gestur komunikasi ‘kasar’ akan dianggap lumrah karena dilakukan elite, pejabat publik atau role model di masyarakat. Padahal ini satu bentuk atau cara komunikasi yang tentu saja mesti dapat dihindari.

Sekalipun persepsi tentang kekerasan dapat bervariasi antarindividu, dan dampaknya dapat tergantung pada berbagai faktor termasuk konteks, hubungan, dan latar individu yang terlibat, namun opini ini hendak memberikan pendekatan dan menyoroti pentingnya komunikasi yang sehat, dan pengelolaan konflik yang konstruktif dalam hubungan interpersonal.

Bagaimanapun peristiwa komunikasi yang bisa dipersepsikan sebagai tindakan ‘tak lumrah’ (kasar) itu terjadi di ruang publik, menjadi konsumsi publik, masuk wilayah interpretasi khalayak, melibatkan dua pejabat publik, tentu punya konsekuensi sosial-politik.

Menjadi pelajaran penting bagi semua, sehingga kedepan setiap kita, terutama public figure dan pejabat publik, apalagi di tengah majunya teknologi digital, untuk penting memiliki keterampilan komunikasi, verbal nonverbal serta kesadaran ruang atau situasional.

https://nasional.kompas.com/read/2023/12/25/07175151/tarikan-jaket-bahlil-oleh-prabowo-dalam-telaah-komunikasi

Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke