Salin Artikel

Anis Matta: Siapa Pun Pemenang Pemilu 2024 Akan Hadapi Situasi Sulit

MEDAN, KOMPAS.com — Pada 2024, ada sejumlah negara menggelar pemilu presiden (pilpres), tidak hanya Indonesia. Diyakini, akan ada perubahan situasi geopolitik signifikan pada kurun 2024-2027, dengan implikasi situasi sulit bagi siapa pun pemenang kontestasi demokrasi pada periode tersebut, termasuk di Indonesia. 

"(Akan ada) peristiwa-peristiwa politik besar yang menentukan sejarah dunia mendatang," kata Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora) Anis Matta, di Medan, Sumatera Utara, Minggu (19/11/2023).

Misal, sebut Anis, akan ada pemilu di Taiwan. Pemenang pemilu ini, ujar dia, akan memberi sinyal tentang pemenang perseteruan geopolitik antara Amerika Serikat dan China atas wilayah tersebut. 

Selain itu, akan ada pula Pemilu Presiden Rusia dan Pemilu Presiden Amerika Serikat pada 2024. Arah politik kedua negara adidaya, ungkap Anis, akan ditentukan oleh pemilu tersebut. 

"Setelah melewati sejumlah krisis, termasuk pandemi Covid-19, kita akan memasuki area berbahaya pada kurun 2024-2027," kata Anis. 

Palestina dan geopolitik global

Satu hal yang juga tidak boleh dinafikan sejak sekarang, kata Anis yang mendirikan Partai Gelora pada 2019, adalah Palestina yang kini tengah dibombardir Israel. 

"Kita belum tahu arah ke depan dari situasi di Palestina saat ini, tapi perang ini akan menentukan (peta geopolitik global) ke depan, sebagai salah satu faktor yang menentukan bagi jalannya peristiwa-peristiwa besar mendatang," kata Anis.

Menurut dia, perang di Palestina harus dilihat juga dalam satu konteks yang sama dengan perang di Ukraina yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun.

"(Perang Ukraina) ini sebenarnya adalah perang antara Rusia dan Sekutu. Ukraina hanya menjadi proxy medan tempur, playground, dari negara-negara superpower dan sekutu-sekutunya," ungkap Anis.

Partai Gelora—partai politik peserta Pemilu 2024 bernomor urut 7—, tutur Anis, sejak awal berdiri memosisikan diri sebagai perawi masa depan dalam konteks geopolitik. Selain pandemi Covid-19 yang memang tidak diduga oleh siapa pun, sejumlah peristiwa besar geopolitik termasuk krisis dan perang sudah disinyalkan dan telah terjadi. 

Yang harus menjadi pelajaran, kata Anis, orang-orang yang tidak menjadi para pihak utama dalam krisis dan perang akan cenderung lebih banyak menjadi korban. Di Gaza, ujar Anis memberikan contoh, kebanyakan korban jiwa adalah masyarakat sipil, bukan pasukan Hamas yang diklaim diburu Israel.

Dalam konteks politik, siapa pun yang tidak mengambil peran penting dalam proses politik global juga akan cenderung berhadapan dengan situasi yang sama, menjadi korban. Sekalipun, ada berentet peristiwa politik besar pula, termasuk kemerdekaan Indonesia, yang juga sejatinya adalah imbas dari peristiwa besar geopolitik pada masanya. 

"Karena itulah, Pemilu 2024—dari pemilu presiden sampai pemilu bupati wali kota—harus menghasilkan pemimpin-pemimpin yang mampu menghindarkan Indonesia dari imbas situasi geopolitik yang sedang tidak baik-baik saja sekarang dan beberapa tahun ke depan," tegas Anis.

Dalam hal Pemilu Presiden 2024, Anis bertutur pernah berbincang dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), bahwa siapa pun presiden mendatang akan menghadapi situasi yang lebih sulit dari rezim Jokowi, sekalipun dua periode pemerintahan Jokowi pun sudah cukup menghadapi situasi sulit berupa pandemi Covid-19 dan imbas perang Ukraina. 

"Kita harus ada di pusaran peristiwa (dengan manjadi bagian penting dalam geopolitik dunia) untuk dapat menavigasi seluruh rakyat Indonesia melewati tantangan itu," tegas Anis. 

Pertarungan ideologi

Menurut Anis, sejumlah pemilu presiden di dunia merupakan batu uji untuk menentukan masa depan dunia, termasuk narasi ideologi yang akan mendominasi. Dia berpendapat, demokrasi liberal yang saat ini menjadi ideologi arus utama dunia akan segera usai. 

"(Dari periode 2024-2027) akan tampak kekuatan pemenang global. Akan teruji sekuat apa Amerika Serikat, kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Lalu, akan ada ide baru apa," tutur Anis yang juga adalah wakil ketua dewan pengarah Tim Kampanye Nasional pasangan capres-cawapres nomor 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka ini. 

Namun, Anis memperkirakan bahwa geopolitik dunia mendatang juga tak akan kembali dikuasai satu kekuatan besar (unipolar) atau adu kekuatan antara Amerika Serikat dan Rusia (bipolar). 

"Kemungkinan besar, geopolitik dunia ke depan akan menjadi multipolar, menjadi kekuatan-kekuatan berdasarkan area, yang bersifat lokal," ungkap Anis. 

Sebagai konteks, Anis mengurai, bahwa demokrasi yang saat ini menjadi kekuatan dominan dunia sejatinya adalah perpaduan antara demokratisasi dan liberalisasi yang berbasis ekonomi pasar, seturut runtuhnya Uni Soviet. 

Perang-perang yang saat ini terjadi, ulang dia, diyakini akan mengubah peta kekuatan global, termasuk ideologi yang akan menentukan arah gerak setiap negara di dunia. 

"Tantangannya sekarang untuk partai politik (di Indonesia), apa proposal mereka yang mewakili populasi, bukan hanya kelompok, untuk dapat menghadapi dan mengatasi tantangan geopolitik global ini?" tegas Anis. 

https://nasional.kompas.com/read/2023/11/20/09542111/anis-matta-siapa-pun-pemenang-pemilu-2024-akan-hadapi-situasi-sulit

Terkini Lainnya

Jokowi Terbang ke Bali, Bakal Buka KTT WWF ke-10 Besok

Jokowi Terbang ke Bali, Bakal Buka KTT WWF ke-10 Besok

Nasional
MPR Bakal Safari Temui Tokoh Bangsa, Dimulai dengan Try Sutrisno Besok

MPR Bakal Safari Temui Tokoh Bangsa, Dimulai dengan Try Sutrisno Besok

Nasional
Utarakan Idenya Bareng Maruarar Sirait, Bamsoet: Kami Siapkan Gagasan Rekonsiliasi Nasional Pertemukan Paslon 01, 02 dan 03

Utarakan Idenya Bareng Maruarar Sirait, Bamsoet: Kami Siapkan Gagasan Rekonsiliasi Nasional Pertemukan Paslon 01, 02 dan 03

Nasional
Bamsoet Goda Maruarar Sirait, Qodari, dan Anas Urbaningrum Masuk Golkar

Bamsoet Goda Maruarar Sirait, Qodari, dan Anas Urbaningrum Masuk Golkar

Nasional
Pemerintah Diminta Ambil Kendali Penetapan UKT PTN

Pemerintah Diminta Ambil Kendali Penetapan UKT PTN

Nasional
Indonesia Jadi Tuan Rumah Forum Air Dunia Ke-10 di Bali

Indonesia Jadi Tuan Rumah Forum Air Dunia Ke-10 di Bali

Nasional
Gantikan Yusril Jadi Ketum PBB, Fahri Bahcmid Fokus Jaring Kandidat Pilkada

Gantikan Yusril Jadi Ketum PBB, Fahri Bahcmid Fokus Jaring Kandidat Pilkada

Nasional
APEC 2024, Mendag Zulhas Sebut Indonesia-Korsel Sepakati Kerja Sama di Sektor Mobil Listrik dan IKN

APEC 2024, Mendag Zulhas Sebut Indonesia-Korsel Sepakati Kerja Sama di Sektor Mobil Listrik dan IKN

Nasional
Kebebasan Pers Vs RUU Penyiaran: Tantangan Demokrasi Indonesia

Kebebasan Pers Vs RUU Penyiaran: Tantangan Demokrasi Indonesia

Nasional
Tanggapi Keluhan Warga, Mensos Risma Gunakan Teknologi dalam Pencarian Air Bersih

Tanggapi Keluhan Warga, Mensos Risma Gunakan Teknologi dalam Pencarian Air Bersih

Nasional
Profil Fahri Bachmid Gantikan Yusril Ihza Mahendra Jadi Ketum PBB

Profil Fahri Bachmid Gantikan Yusril Ihza Mahendra Jadi Ketum PBB

Nasional
Ibu Negara Beli Batik dan Gelang di UMKM Mitra Binaan Pertamina

Ibu Negara Beli Batik dan Gelang di UMKM Mitra Binaan Pertamina

Nasional
GWK Jadi Lokasi Jamuan Makan Malam WWF Ke-10, Luhut: Sudah Siap Menyambut Para Tamu

GWK Jadi Lokasi Jamuan Makan Malam WWF Ke-10, Luhut: Sudah Siap Menyambut Para Tamu

Nasional
Hujan Kritik ke DPR dalam Sepekan karena Pembahasan 3 Aturan: RUU MK, Penyiaran, dan Kementerian

Hujan Kritik ke DPR dalam Sepekan karena Pembahasan 3 Aturan: RUU MK, Penyiaran, dan Kementerian

Nasional
Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke