Kepala Puspen (Kapuspen) TNI Laksamana Muda Julius Widjojono mengatakan, mortir yang dimaksud merupakan roket ‘flare” yang jatuh satu kilometer dari pangkalan pasukan perdamaian Indonesia di Lebanon.
“Pasukan kita selama UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon/Pasukan Sementara PBB di Lebanon) saat ini dalam keadaan aman, (roket) jatuh di sekitar satu kilometer dari pos," kata Julius saat ditemui di kompleks Puspen TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (26/10/2023)
"Kemudian, yang ada di berita media sosial yang beredar beberapa hari ini, terutama tadi malam, itu hanya roket flare,” ujarnya lagi.
Diketahui, para prajurit TNI tergabung dalam pasukan perdamaian PBB di Lebanon. Mereka tergabung dalam Satgas Kontingen Garuda (Konga) UNIFIL.
Data dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI mencatat, terdapat sekitar 1.200 prajurit TNI di pangkalan pasukan perdamaian di Lebanon.
Kapuspen mengungkapkan, roket ‘flare’ itu biasanya digunakan untuk memberikan penerangan pada malam hari bagi penyerang, atau mengukur jarak dan aktivitas musuh.
“Jadi bukan roket yang menyebabkan ledakan di area kita,” kata Julius.
Penjelasan itu disampaikan Kapuspen TNI karena belakangan ini beredar narasi di media sosial yang menyebutkan pangkalan pasukan perdamaian TNI di Lebanon terkena mortir dari Israel.
Bahkan, disebutkan mortir itu mengenai Sudirman Camp yang menjadi lokasi pasukan perdamaian PBB dari Indonesia bermarkas.
https://nasional.kompas.com/read/2023/10/26/16315681/tni-bantah-kabar-pangkalan-pasukan-perdamaian-pbb-di-lebanon-kena-mortir