Adapun pertemuan Jokowi dan Ganjar berlangsung di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (13/6/2023).
Sedangkan perjumpaan Jokowi dengan Prabowo terjadi di Istana Bogor, Bogor, Jawa Barat, Minggu (18/6/2023).
Kendati perjumpaan keduanya terjadi di waktu yang berbeda, pertemuan Jokowi dengan Ganjar dan Prabowo memiliki momen yang sama, yakni Jokowi sama-sama menjamu Ganjar dan Prabowo di meja makan.
Gubernur Jawa Tengah itu mengatakan, selalu ada pembahasan politik ketika bertemu dengan Jokowi.
"Selalu ada (pembahasan politik). Kalau saya bertemu Pak Jokowi, selalu ada perbincangannya soal itu (politik)," ujar Ganjar dilansir dari siaran pers, Selasa.
Dalam pertemuan itu, menurut Ganjar, Jokowi juga menyampaikan soal adanya komunikasi dengan beberapa partai.
Menurutnya, Presiden selalu memantau pergerakan itu setiap hari.
"Jadi, saat pimpinan partai ketemu partai lain, beliau selalu memantau. Tadi beliau tanya saya, 'Tahu berita itu (pertemuan antarpimpinan partai) tidak, Pak Gub?' Saya jawab, 'Memantau, Pak"," kata Ganjar.
"Kata beliau tadi, itu bagus untuk demokrasi di Indonesia. Ya selalu ada perbincangan politik kalau bertemu Pak Jokowi," ujarnya lagi.
Tak lupa, pertemuan ini berlangsung di meja makan, lengkap dengan sajian hidangan yang telah disiapkan.
Momen pertemuan tersebut dibagikan Menteri Pertahanan (Menhan) melalui akun Instagram-nya, @Prabowo.
Dalam unggahannya, Prabowo membubuhkan keterangan foto, "Istana Bogor". Keterangan foto ini menunjukkan bahwa pertemuan keduanya terjadi di Istana Bogor.
Prabowo mengakui bahwa pertemuannya dengan Jokowi di Istana Bogor sangatlah berkesan untuk dirinya.
"Pertemuan hari itu membawa kesan,” kata Prabowo yang disusul gelak tawa ketika ditemui di Kantor Kemenenterian Pertahanan, Jakarta Pusat, Senin (19/6/2023).
Prabowo mengatakan, pertemuan kemarin merupakan pertemuan antara Kepala Negara dan Menhan.
"Pokoknya tenang saja, situasi baik dan aman. Kalau pemimpin-pemimpin senyum, berarti situasinya baik. Oke?" imbuh Prabowo.
Cara lama
Pendekatan meja malam yang dilakukan bukanlah hal baru.
Saat masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, Jokowi pernah melakukan pendekatan "politik meja makan". Cara ini dilakukan guna meredam warga yang menolak program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Contohnya, pada pertengahan 2013, ratusan mahasiswa Stikom Intersudi menolak revitalisasi Waduk Pluit yang diinisiasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Lantas, Jokowi pun mengajak para penolak makan bersama, sembari menjelaskan alasan mengapa Waduk Pluit mesti direvitalisasi.
Kala itu, Jokowi menjelaskan, suatu program kebijakan haruslah disertai dengan manajemen lapangan yang baik.
Jika menemui suatu masalah, hendaknya bukan tindakan represif yang dipilih, melainkan komunikasi.
"Misalnya warga Waduk Pluit, kita sudah bertemu berkali-kali, tapi masih ada masalah. Ya, saya ajak makan saja," ujar Jokowi, Rabu (19/6/2013).
Jokowi mengakui bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa saja menggunakan jalur cepat lewat tindakan represif main gusur, main usir, serta main bangun. Namun, aksi itu bukan bagian dari kebudayaan Indonesia.
Menurut Jokowi, meski memerlukan proses yang tidak sebentar, pendekatan politik meja makan dianggap ampuh meredam penolakan warga atas programnya.
Buktinya, kata Jokowi, gelombang penolakan warga sekitar Waduk Pluit berhalan mulai menyusut. Bahkan, warga mulai bersedia pindah ke rumah susun sewa sederhana.
(Penulis: Dian Erika Nugraheny, Nirmala Maulana Achmad, Fabian Januarius Kuwado | Editor: Dani Prabowo, Ana Shofiana Syatiri)
https://nasional.kompas.com/read/2023/06/20/01534661/pendekatan-meja-makan-ala-jokowi-ketika-menjamu-ganjar-dan-prabowo