JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kementerian Agama (Kemenag) Saiful Mujab berharap otoritas Arab Saudi memeriksa manajemen Saudia Airlines, khususnya yang bertanggung jawab dalam penerbangan jemaah haji Indonesia.
Pasalnya, sampai saat ini, Saudia Airlines dianggap berbuat tidak profesional. Saudia Airlines disebut sering mengubah kapasitas seat (tempat duduk) pesawatnya. Tindakan itu dilakukan secara sepihak tanpa persetujuan Kemenag.
Saiful Munab mengatakan, ketidakprofesionalan Saudia Airlines telah mengganggu kenyamanan dan ketenangan jemaah. Kapasitas seat pesawat terus berubah-ubah.
"Saya pikir pihak otoritas Arab Saudi perlu meninjau dan memeriksa manejemen Saudia Airlines saat ini. Kenapa mereka tidak mampu menerbangkan jemaah haji sesuai jadwal? Kenapa tidak mampu menyediakan pesawat dengan kapasitas seat yang dijanjikan?" ucap Saiful Mujab dalam siaran pers, Kamis (8/6/2023).
Dia menyayangkan kejadian ini terjadi dalam proses pemberangkatan jemaah haji pada gelombang pertama.
Saiful Munab pun bertanya-tanya mengapa maskapai pelat merah kerajaan Arab Saudi itu tidak melaksanakan penerbangan sesuai jadwal dan kapasitas seat pesawat yang telah disepakati.
"Dari aspek penerbangan, Saudia Airlines tahun ini gagal memberikan layanan yang baik ke jemaah haji Indonesia," ucap dia.
Pemeriksaan, kata Saiful, layak dilakukan. Sebab, proses penerbangan jemaah haji Indonesia sudah dibahas sejak lama.
Jadwal dan jenis pesawat yang digunakan juga sudah ditentukan dan disepakati.
Adanya perbedaan dari kesepakatan final membuat jemaah haji terpisah dari rombongan.
"Tingkah Saudia Airlines membuat banyak jemaah terpecah dari rombongannya sehingga menjadi tidak nyaman. Ini jelas tidak sejalan dengan semangat memuliakan jemaah haji," ucapnya.
Sebagai informasi, Kemenag sebelumnya juga melayangkan protes kepada Saudia Airlines lantaran penerbangan molor. Mereka meminta agar jemaah haji Indonesia memberikan kompensasi.
Adapun delay terjadi pada penerbangan haji pada Kamis (25/5/2023). Pada saat peristiwa terjadi, jemaah kloter 4 asal Embarkasi Jakarta Bekasi (JKS) mengaku tidak mendapatkan kompensasi seperti snack (makanan ringan), minuman, dan makanan.
Jemaah kloter JKS-04 semestinya diberangkatkan pukul 09.20 WIB. Namun, baru berangkat menuju bandara pada pukul 14.28 WIB.
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menyebut, kapasitas seat pesawat yang didatangkan beberapa kali tidak sesuai dengan kontrak.
Misalnya, seharusnya dalam satu pesawat memiliki kapasitas 480 tempat duduk. Namun, yang datang hanya memiliki kapasitas untuk 405 orang.
"Sehingga ada 75 jemaah lain yang harus menunda keberangkatannya. Ini jadi catatan kami," beber Menag.
https://nasional.kompas.com/read/2023/06/08/10554501/sering-ubah-kapasitas-tempat-duduk-pesawat-kemenag-harap-arab-saudi-periksa
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.